Pengaruhi Pasar, Dirut BEI Keberatan Bila Libur Lebaran Berlangsung 2 Minggu

Jika libur panjang Lebaran tidak terlampau lama, akan membantu investor untuk memperbaiki portofolio sahamnya.

oleh Bawono Yadika diperbarui 26 Apr 2018, 21:22 WIB
Dirut BEI, Tito Sulistio membuka perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (13/7). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio mengatakan momen libur panjang Lebaran selama 2 minggu bisa menganggu situasi pasar modal Indonesia.Dia pun berharap libur panjang Lebaran tidak berlangsung terlampau lama.

"Tolong dong jangan 2 minggu libur. Saya juga nggak ngebayangin buruh yang bayarannya harian, mereka enggak nerima pendapatan. 2 minggu tukang-tukang dagang tuh tutup semuanya, investor agak uncertainty nambah, menurut saya kelamaanlah 2 minggu," ujar dia di Gedung Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (26/4/2018).

Dia menilai jangan ada intervensi pasar dari keluarnya surat keputusan bersama (SKB) menteri terkait momen libur Lebaran.

"Tolong perhatikan pasar. Orang bebas tentukan cuti, tapi jangan sampai bursa masuk rekor dunia karena tutup selama 2 minggu," tegas dia.

Tito mengingatkan jika isu libur panjang yang tidak jadi diberlakukan akan membantu investor untuk memperbaiki portofolio sahamnya.

"Kalau nggak libur, orang bisa perbaiki portofolio mereka, saham mereka. Jadi uncertainty sekecil apapun harus dibuang. Kita bursa menghindari uncertainty sekecil apapun bentuknya," ungkap Tito. 

Untuk saat ini, Tito menyatakan pasar modal masih ditopang oleh saham yang masih menunjukan performa yang bagus dengan melihat situasi yang ada. "Pasar modal Indonesia, investasi di BEI masih ditopang dan ditunjang oleh saham yang performnya bagus, growth-nya bagus, investornya bertambah dan likuiditasnya bagus," tandas Tito.

 


Dirut BEI: IHSG Anjlok Akibat Ketidakpastian Global

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan, koreksi bursa saham dalam beberapa hari terakhir akibat dari ketidakpastian global. Namun, secara fundamental ekonomi Indonesia sudah cukup bagus, sementara emiten mencatatkan perolehan laba yang cukup baik.

Dia menyebut salah satu yang mempengaruhi pasar adalah kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang menjadi musuh terbesar bagi Indonesia. Meskipun begitu hal ini juga berlaku bagi negara lain dalam merespon kenaikan suku bunga ini.

"Kenaikan suku bunga memang musuh terbesar untuk pasar modal. Secara teori ini memang benar, tapi ini bukan untuk negara Indonesia saja. Negara lain juga," ujar dia di Gedung Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) sore ini, Kamis (26/4/2018).

Lebih lanjut dia memprediksi, kondisi ini tidak akan berlangsung lama. Penurunan IHSG yang terjadi selama sepekan, akan rebound kembali.

Dia mencontohkan, IHSG yang mencatatkan penurunan hingga 3,9 persen usai pelantikan Presiden AS Donald Trump pada 16-23 Desember 2016. Usai itu, tak terlampau lama IHSG rebound kembali sebesar 5,35 persen pada tanggal 23-30 Desember 2016.

 Selain itu, dia menegaskan jika investor tidak mengeluarkan asetnya dari Indonesia. "Faktanya mereka lari obligasi kita kok, duitnya masih di Indonesia, bagi dividen terbanyak, frekuensi masih bagus, investor masih naik, itu yang menarik bagi saya," ujar Tito.

Tito juga menambahkan bursa akan membagikan informasi secara utuh kepada seluruh stakeholder merespon penurunan indeks hingga 7 persen yang terjadi selama seminggu ini.

"Kita lakukan 2 hal. Pertama bursa akan bagikan informasi secara cepat kepada semua stakeholder, ini upaya bursa yang baik. Kedua ialah perkuat pasar modal, Ini upaya preventif bursa," tutur dia.

Namun, dia ikut menyoroti terkait rencana liburan Lebaran selama dua pekan, yang dipastikan akan menggangu perdagangan karena pasar modal tidak beroperasi dalam waktu tersebut.

"Oleh karena itu saya tidak setuju dengan libur 2 minggu lebaran ini, karena kan tutup pasar modal," tandas Tito.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya