Liputan6.com, Jakarta - Wall Street mencatatkan kenaikan pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta) ditopang penguatan saham-saham perusahaan teknologi dan penurunan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).
Mengutip Reuters, Jumat (27/4/2018), indeks saham Dow Jones Industrial Average mendaki 0,99 persen atau 238,51 poin ke level 24.322,34. Indeks saham S&P 500 melaju 1,04 persen atau 27,54 poin ke level 2.666,94.
Advertisement
Sementara indeks saham Nasdaq Composite melesat cukup tajam 114,94 poin atau 1,64 persen ke level 7.118,68. Volume transaksi perdagangan di bursa saham AS tercatat 6,74 miliar saham.
Penguatan bursa saham AS didorong peningkatan realisasi laba perusahaan-perusahaan teknologi sehingga mengerek harga sahamnya.
Sebut saja saham Facebook melonjak 9,1 persen setelah membukukan laba cukup besar karena kekhawatiran kebocoran data pengguna Facebook mereda.
Selain itu, saham produsen chip Advanced Micro Devices Inc dan Qualcomm Inc masing-masing menorehkan kenaikan saham 13,7 persen dan 1,4 persen pasca laporan keuangan kuartal I melebihi perkiraan Wall Street. Kondisi tersebut juga menepis kabar melemahnya permintaan ponsel pintar.
Sekitar 45 persen perusahaan yang berada di bawah indeks saham S&P 500 telah melaporkan laba kuartal I-2018. Hasilnya 79,7 persen pencapaian melampaui perkiraan.
Saham Amazon.com Inc melonjak lebih dari 6 persen. Saham General Motors Co naik tipis 0,4 persen setelah produsen mobil tersebut mengumumkan realisasi penurunan produksi truk dengan marjin tinggi, meski perusahaan tersebut mencetak laba di atas perkiraan.
Selanjutnya disusul saham Parcel Service Inc menguat 4,3 persen, saham Visa Inc dengan peningkatan 4,8 persen pasca melaporkan kenaikan laba perusahaan.
Saham yang Terhempas
Sementara itu, saham AT&T Inc harus anjlok 6 persen setelah mencatatkan penurunan jumlah pelanggan dari bisnis TV berbayar. Disusul saham Union Pacific Corp yang terpental 2,9 persen.
"Laporan keuangan (emiten) terus membaik dari perkiraan di tengah kekhawatiran geopolitik, termasuk perang dagang, kenaikan imbal hasil dan ekspektasi inflasi," kata Managing Principal di Jackson Hole Capital Partners, Channing Smith.
Imbal hasil obligasi AS 10 tahun ditutup di bawah 3 persen karena kecemasan terhadap kenaikan biaya dan utang AS.
Advertisement