Kisah Dua Bocah Pembawa Bunga di KTT Korea Utara-Korea Selatan

Kedua bocah diketahui berasal dari Daeseong-dong, salah satu desa yang terbentuk setelah Perjanjian Gencatan Senjata Korea.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 27 Apr 2018, 12:00 WIB
Kim Yo Jong dan Kim Jong-un membawa bunga yang diberikan dua anak dari Desa Daeseong-dong, Korea Selatan dalam KTT Korea Utara-Selatan (KOREA SUMMIT PRESS POOL / AFP)

Liputan6.com, Seoul - Peristiwa bersejarah tengah berlangsung di Semenjung Korea pada 27 April 2018, yakni KTT Korea Utara-Korea Selatan. Untuk pertama kalinya, mempertemukan antara Presiden Moon Jae-in dan Kim Jong-un.

Mengawali pertemuan yang digelar di The Peace House itu, Kim Jong-un berjalan melewati garis perbatasan menuju Presiden Moon Jae-in yang berdiri menanti di wilayah selatan.

Dikutip dari CNN pada Jumat (274/2018), sesaat setelah berjabat tangan dan melakukan aksi simbolik, saling menginjakkan kaki di wilayah kedua negara, Kim Jong-un mendapat bunga dari sepasang bocah laki-laki dan perempuan.

Bunga tersebut menjadi salah satu lambang semangat perdamaian yang diusung dalam KTT Korea Utara-Korea Selatan

Masing-masing bocah mengenakan cardigan sebagai luaran, yang disertai oleh sematan pin bergambar lambang persatuan Semenanjung Korea.

Bocah perempuan mengenakan cardigan warna merah muda dengan rambut tergerai yang dijepit di bagian kanan atas.

Adapun bocah laki-laki mengenakan cardigan warna hitam yang dipasangan dengan kemeja berdasi kupu-kupu.

Setelah menyerahkan bunga di awal KTT Korea Utara-Korea Selatan, kedua bocah tersebut menjalani sesi foto bersama Kim Jong-un dan Presiden Moon Jae-in.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 


Bocah Berasal dari desa di Zona Demiliterisasi

Iring-iringan mobil yang membawa Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in tiba di Zona Demiliterisasi (DMZ), Panmunjom, Jumat (27/4). Kedatangan Moon untuk menyambut pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dalam pertemuan bersejarah kedua negara. (AP/Lee Jin-man)

Kedua bocah yang bertugas memberi bunga itu dilaporkan berasal dari Daeseong-dong, sebuah desa yang berada di dalam wilayah Zona Demiliterisasi.

Daeseong-dong, bersama dengan sebuah desa lainnya di wilayah Korea Utara, dibentuk pasca Perjanjian Gencatan Senjata Korea pada 1953 silam.

Mengutip dari arsip Lonely Planet, desa Daeseong-dong berjarak kurang dari satu kilometer di selatan garis pebatasan di Panmunjeom.

Berdasarkan catatan terakhir yang dihimpun pada 2016, Lonely Planet menyebut Daeseong-dong dihuni oleh sekitar 200 orang. Mereka tinggal di rumah-rumah modern dengan koneksi internet berkecepatan tinggi.

Data tersebut juga menyebut bahwa rata-rata penghasilan tahunan sebelum pajak penduduk Daeseong-dong sebesar US$ 80.000, atau sekitar Rp 1,1 miliar.

Jumlah penghasilan tersebut berasal dari kegiatan pertanian, terutama di sektor produksi tanaman ginseng.

Penduduk di desa Daeseong-dong juga terkena aturan jam malam, yang berlaku mulai pukul 23.00 hingga pukul 5.00 keesokan paginya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya