Liputan6.com, Jakarta Artikel ini hasil liputan investigasi penulis dengan topik "Efektivitas Makanan Pengganti Antibiotik pada Unggas." Liputan yang dilakukan selama Maret 2018 sebagai bagian penilaian “Fellowship for Journalist Protecting Lives and Livelihoods." Beasiswa diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bekerjasama dengan FAO (Organisasi Pangan Dunia).
“Jiwa saya beternak ayam.” Sambil tertawa renyah, Rudi mengucapkan sepenggal kalimat tersebut dengan nada ringan. Pemilik peternakan “Rudi Jaya Farm” ini mengakui, betapa perjuangan menjaga, merawat, dan memelihara ayam dilakukan sepenuh hati layaknya bayi sendiri. Bagi siapa pun yang mendengar pasti terharu.
Baca Juga
Advertisement
“Saya sudah susah payah pelihara ayam. Peliharanya sepenuh hati, seperti punya bayi sendiri. Yang namanya ternak ayam itu enggak gampang. Banyak hambatannya, stres juga tiap hari,” ucap Rudi sembari terkekeh. Perbincangan Liputan6.com bersama Rudy menghabiskan waktu hampir dua jam di rumahnya, yang berlokasi di Bojongsari, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat pada Sabtu, 31 Maret 2018.
Stres yang dialami ibarat ‘makanan’ sehari-hari, yang biasa terjadi. Permasalahan seputar kandang yang roboh karena tiupan angin kencang, bahkan kandang dibobol maling. Pernah juga pernah ayam-ayamnya dicuri. Walaupun Rudy sudah mempekerjakan beberapa staf untuk menjaga kandang, maling tetap bisa lolos melancarkan aksinya.
“Tapi maling pintar juga. Di peternakan ayam banyak masalahnya ya soal ini. Ya, bisa dibilang usaha yang njelimet (rumit). Kalau (perasaan sendiri) dibawa enak ya tetap enak. Saya enggak ada niat pindah usaha lain. Mau pindah ke mana juga? Jiwa saya sudah di peternakan ayam ini, bisanya ngurusin ayam,” Rudi melanjutkan.
Baca selanjutnya: Berkat Makan Daging Ayam Tanpa Antibiotik, Alergi Tak Lagi Kambuh
Yang kini menjadi perhatian utama Rudy adalah memberikan kenyamanan 10.000 ayam broiler kesayangannya. Perawatan ayam makin ekstra. Kondisi tersebut dipengaruhi pakan ayam yang tak lagi menggunakan antibiotic growth promoter (AGP) untuk merangsang pertumbuhan ayam. Pakan ternak ayam yang dipakai Rudi diproduksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo, yang sudah tidak menggunakan AGP.
Bagi Rudi, efek pakan pengganti antibiotik membuat ayam-ayam rentan sakit, seperti mudah kepanasan atau gerah sehingga penggunaan blower (kipas angin) harus dipantau tiap waktu. Saat penggunaan pakan AGP, ayam dinilai tidak mudah gerah.
Simak video menarik berikut ini:
Air minum klorinasi
Demi menjaga ayam tetap nyaman berada di kandang, Rudi menyiapkan kebutuhan air dan kebersihan kandang. Hasilkan kualitas ayam yang baik tidak hanya tergantung pada pakan atau bibit ayam, melainkan suasana kandang dan perawatan ayam lainnya. Direktur Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Fadjar Sumping mengungkapkan, baik penggunaan AGP maupun pengganti AGP dibutuhkan perawatan dan kebersihan kandang.
“Ada pengaruh perawatan dan kebersihan kandang. Kalau pun pakai AGP, kandang juga harus tetap bersih. Apalagi pakai pengganti AGP, kebersihan kandang harus tetap terjaga,” kata Fadjar saat diwawancara melalui sambungan telepon.
Rudy berupaya kualitas air minum yang diberikan pada ayam harus bersih. Air yang diambil berasal dari sumur. Air tanah di sekitar rumah Rudy masih bersih. Air tersebut ditampung dalam galon-galon. Sebelum diberikan kepada ayam, air melalui proses klorinasi.
Klorinasi untuk membunuh bakteri yang dapat mencemari air minum. Dari data B&B Chlorination, yang berjudul Chlorination for Poultry Water Supplies, klorinasi sangat bermanfaat agar bakteri penyebab penyakit yang mencemari air dikonsumsi ayam. Bakteri coliform, yang biasa mengkontaminasi air tanah atau air sumur tidak berkembang banyak.
Pemberian air bisa menggunakan air matang, terutama pada ayam di minggu awal masa awal pertumbuhan. Namun, Rudi tidak menerapkan hal tersebut.
“Yang bagus itu memang air matang. Nah, masalahnya seberapa banyak (liter) harus masak air? Jumlah ayam saya ada 10.000, kira-kira masak 2.000 liter air. Sanggup tidak itu? Belum lagi, air matang harus didinginkan. Tidak mungkin juga kan kasih air minum masih panas ke ayam,” Rudi menambahkan.
Advertisement
Diberi air matang
Lain halnya dengan peternakan “Ayam Herbal Green-Poultry” (dahulu “Ayam Herbal Probiotik Green-Poultry”) yang dimiliki Ina Rohadi. Ina memberikan air matang kepada 1.000 ayam broiler yang diternakkannya. Air matang yang diberikan bukan dari masa awal sampai panen. Cukup sepekan masa awal saja. Lebih dari sepekan, ayam diberikan air biasa—bukan air matang.
“Awal-awal masak air matang. Buat sepekan saja. Karena sepekan itu termasuk masa awal yang menentukan, bibit ayam dapat tumbuh dengan baik. Selanjutnya (lebih dari sepekan)—kalau ayam sudah besar dikasih air biasa. Air yang diberikan difilter dulu. Sumbernya pakai air tanah, yang agak jauh dari kandang,” kata Ina saat berbincang di rumahnya, yang berada di Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten pada Minggu, 25 Maret 2018.
Sumber berupa sumur dibangun agak jauh dari kandang, sekitar 200 meter. Lokasi kandang tak jauh dari pinggir Jalan Raya Serpong-Tangerang, tak jauh dari Stasiun Serpong. Di pinggir jalan itu juga berdiri Rumah Pemotongan Ayam (RPA) yang juga milik Ina. Saat panen tiba, Ina dibantu beberapa stafnya bertugas memotong ayam. Ayam herbal potonglah yang dijual ke konsumen.
Menuju lokasi kandang harus menuruni jalan setapak berupa tanah. Beberapa meter sebelum menuruni jalan setapak tampak sumur dengan pompa air. Sebuah toren air (tempat penampungan air) berwarna oranye berdiri dekat sumur.
Sambil menuruni jalan setapak, peternak “Ayam Herbal Green-Poultry” Adithya Setiaji menambahkan, air yang berada di toren air disalurkan menggunakan pipa ke bak penampungan air dekat kandang. Sebelum masuk dalam bak penampungan air terdapat filter untuk menyaring air.
Air yang ditampung dalam bak pun terjaga kebersihannya. Ketika air dibutuhkan untuk minum ayam, air dari bak penampungan langsung diambil dan ditaruh pada wadah minum ayam.