Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) memilih Norwegia sebagai mitra pembuatan Keramba Jaring Apung (KJA) lepas pantai atau offshore. Pembuatan fasilitas tersebut menelan biaya Rp 131,4 miliar.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto menjelaskan, KPP menggunakan teknologi dari Norwegia untuk membangun Keramba Jaring Apung Offshore karena teknologi tersebut sudah mendapat pengakuan dari dunia.
Norwegia sangat berpengalaman di sektor perikanan dan telah berhasi melakukan budi daya perikanan di tengah laut. Selain itu, teknologi yang dimilikinya menjadi acuan standar internasional.
Baca Juga
Advertisement
"Kami menggunakan teknologi dari Norwegia. Norwegia adalah the best untuk teknologi salmon. Kami belajar ke Norwegia," kata Slamet, di Kantor KKP, Jakarta, Jumat (27/4/2018).
Peran Norwegia dalam membangun Keramba Jaring Apung Offshore tidak hanya sebatas pengadaan teknologi saja, tetapi memberikan rekomendasi penentuan letak Keramba Jaring Apung dan pembuatannya disesuaikan dengan kondisi alam di lokasi pembangun.
Norwegia juga berperan dalam manajemen budi daya, dari penebaran benih hingga proses panen ikan. Meski begitu, tenaga kerja lokal tetap digunakan dalam proyek percontohan ini.
"Pembangunan Keramba Jaring Apung ini menggunakan teknologi tinggi, kita pasang monitor untuk memantau ikan sehat atau tidak, kita bisa setting outomatic fedder berapa lama penyeprotan pakannya, kita buat sistem, kemudian panen otomatis fish pump karena ini industri dalam 4 jam bisa sampai daratan, kemudian kapal kerja tugasnya membersihkan jaring-jaring," paparnya.
Lebih Murah
Menurut Slamet, meski menggunakan teknologi canggih, Keramba Jaring Apung Offshore buatan Norwegia harganya jauh lebih murah dibanding buatan lokal.
Anggaran khusus pembuatan Keramba Jaring Apung Offshore saja, Norwegia membutuhkan dana Rp 7,9 miliar untuk 8 lobang keramba, sedangkan buatan dalam negeri mencapai Rp 8,3 miliar.
"Kita sudah lelang, harganya lebih. murah dari Norwegia Rp 7,9 miliar untuk 8 lubang, kalau nasional Rp 8,3 miliar," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement