Pil Kontrasepsi untuk Pria pun Bisa Lumpuhkan Sperma

Pil kontrasepsi awalnya diciptakan hanya untuk wanita. Namun demikian, kini, para pria pun memiliki pil kontrasepsi yang kabarnya dapat melumpuhkan laju sperma, sehingga meminimalisasi terjadinya pembuahan.

oleh Aretyo Jevon Perdana diperbarui 28 Apr 2018, 21:00 WIB
Ilustrasi Pil Kontrasepsi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Selama ini, dalam mencegah terjadinya pembuahan atau kontrasepsi, pria hanya memiliki metode yang sangat terbatas, seperti penggunaan kondom, kalender bulanan pasangan, dan metode senggama. Setelah sekian lama pil kontrasepsi diciptakan bagi wanita, kini pria pun juga memiliki obat kontrol kehamilan tersebut.

Dilansir dari Men's Health, Jumat (27/4/2018), menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE, pil kontrasepsi bagi pria tersusun atas senyawa kimia bernama EP055. Senyawa tersebut dapat memperlambat laju sprema, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya pembuahan sel telur.

Peneliti dari University of North Carolina di Chapel Hill's School of Medicine yang kini telah pensiun, Michael O'Rand, mengungkapkan penelitian ini baru diujicobakan pada monyet jantan. Mereka menyuntikkan senyawa kimia tersebut dengan dosis rendah dan tinggi. Setelah enam jam penyuntikkan dengan dosis tinggi, monyet mengalami penurunan mobilitas sperma sebanyak 20 persen.

"Secara sederhana, senyawa itu menghilangkan kemampuan sperma untuk berenang, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya pembuahan," ujar O'Rand, melalui sebuah pernyataan, mengutip dari Men's Health.

Setelah 18 hari menjalani perawatan, sperma pada monyet tersebut pun kembali seperti semula. Artinya, senyawa kimia EP055 tidak benar-benar mematikan kesuburan pria dalam jangka panjang. Namun demikian, penelitian terkait pil kontrasepsi bagi pria ini masih sebatas dilakukan pada monyet, bukan manusia.

 

Saksikan juga video berikut ini :


Pil kontrasepsi bagi pria punya efek samping

Ilustrasi Sperma atau Sel Reproduksi Laki-laki. (iStockphoto)

Sebelumnya, pakar urologi dari Columbia University Medical Center, Dr. Peter Stahl, mengatakan peneliti telah mencoba menurunkan kadar hormon testosteron untuk mengurangi jumlah sperma.

Namun demikian, penurunan jumlah hormon testosteron berakibat fatal bagi tubuh, yaitu berkurangnya libido, depresi, menurunnya kepadatan tulang, dan perubahan jumlah sel darah merah.

Tahun 2016, beberapa peneliti membuat kontrasepsi hormonal yang efektif dan reversibel. Namun demikian, sejumlah pria justru mengeluhkan perubahan suasana hati setelah menggunakannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya