Liputan6.com, Taegu - Pagi hari pukul 07.30 pada 28 April 1995, warga Kota Taegu, Korea Selatan bergegas seperti biasa ke tempat aktivitas mereka sehari-hari. Ada yang ke kantor, juga ke sekolah.
Namun, maut datang tak pandang bulu. Pipa gas di bawah jalan kota yang sibuk itu meledak. 110 orang tewas, 60 di antaranya adalah anak-anak yang tengah dalam perjalanan ke sekolah. Demikian, Today in History Liputan6.com.
Advertisement
Dikutip dari History.com, Taegu adalah kota berpenduduk 2,2 juta orang, terletak sekitar 150 mil selatan Seoul. Pada saat ledakan, sebuah rel kereta bawah tanah sedang dibangun di bawah jalan-jalan kota. Lembaran logam diletakkan di tempat aspal untuk menutupi lubang di bagian-bagian tertentu dari jalan pusat kota selama pembangunan.
Ledakan itu melontarkan lembaran logam ke udara. Api pun menyembur keluar dari bawah tanah, sekitar 45 meter tingginya, di seluruh area seluas 270 meter persegi.
Mobil-mobil seketika berubah menjadi bola api. Bahkan, satu kendaraan dilaporkan melambung 9 meter ke udara.
Beberapa pejalan kaki tersambar api, yang lainnya berlarian mencari perlindungan. Puing-puing yang berserakan menghantam orang hingga nyaris 1 km jauhnya. Upaya penyelamatan terhambat oleh sumber air yang rusak yang membanjiri daerah itu setelahnya.
Perdana Menteri Korea Selatan saat itu, Lee Hong-koo, mengunjungi tempat kejadian, mengatakan lebih dari separuh korban tewas adalah remaja usia sekolah. "Fakta bahwa lebih dari separuh korban adalah pelajar muda membuat hati kita semakin sakit," katanya.
Park Yoon-ho, 17, seorang murid sekolah menengah, mengatakan dia mendengar ledakan keras saat dia berjalan ke sekolah. "Lalu aku terlempar oleh embusan angin yang mengirimkan debu. Pemandangan saat itu seperti ledakan bom atom di televisi."
Penyebab pasti ledakan itu hingga kini masih menjadi misteri. Beberapa percaya bahwa pipa gas itu secara tidak sengaja tertabrak oleh konstruksi rel kereta api, sementara yang lain berpendapat bahwa sesuatu pasti telah memicu kebocoran yang ada.
Peristiwa tragis lain yang terjadi tanggal 28 April pada tahun berbeda, 1949 adalah pembunuhan mantan Ibu Negara Filipina Aurora Quezon. Wanita berusia 61 itu tewas bersama putri dan 10 orang lainnya, dalam perjalanan untuk meresmikan sebuah rumah sakit yang didirikan untuk mengenang suaminya Manuel Luis Quezon.
Sementara pada 28 April 1950, sukacita terjadi di Thailand. Sebab sang Raja, Bhumibol Adulyadej menikahi Ratu Sirikit setelah pertunangan rahasia mereka di Lausanne, Swiss pada 19 Juli 1949.
Selain itu pada tanggal yang sama tahun 1945, mantan Pemimpin Italia, Benito Mussolini dibunuh kaum partisan penantangnya. Mussolini ditembak hingga tewas bersama pasangan gelapnya, Clara Petacci.