Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melemah pada penutupan perdagangan Jumat pekan ini. Namun secara mingguan, harga minyak mentah Brent tercatat masih menguat di tengah kekhawatiran pasokan jika AS kembali menetapkan sanksi kepada Iran.
Mengutip Reuters, Sabtu (28/4/2018), harga minyak mentah Brent berjangka turun 10 sen atau 0,1 persen dan menetap di angka USD 74,64 per barel. Pada bulan ini, harga minyak yang menjadi patokan global tersebut mencapai angka tertinggi di USD 75 per barel yang merupakan harga tertinggi sejak 2014.
Sedangkan harga minyak berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun 9 sen untuk menetap di USD 68,10 per barel.
Baca Juga
Advertisement
Harga minyak Brent naik sekitar 0,5 persen pada pekan ini yang merupakan kenaikan mingguan ketiga berturut-turut. Sementara WTI membukukan kerugian mingguan sekitar 0,5 persen.
Para pelaku pasar tengah mempertimbangkan posisi mereka saat ini. Presiden AS Donald Trump akan memutuskan untuk kembali menerapkan sanksi kepada Iran pada 12 Mei atas program nuklir Teheran.
"Pasar hanya menunggu itu," jelas analis Tortoise Capital, Leawood, AS, ”Rob Thummel.
Harga minyak Brent telah naik 5 persen pada bulan ini sednagkan WTI naik 5 persen. Kenaikan ini tetap terjadi meskipun nilai tukar dolar AS terus menguat.
Perdagangan Kemarin
Pada perdagangan kemarin, harga minyak naik didorong karena rencana pemberian sanksi baru dari Amerika Serikat (AS) terhadap Iran, penurunan produksi Venezuela, dan penguatan dolar AS.
Seorang penasihat senior pemimpin tertinggi Iran mengatakan, Teheran tidak akan menerima perubahan apapun pada kesepakatan nuklir 2015. Harapannya Presiden AS, Donald Trump tetap berkomitmen pada perjanjian itu.
Ini terjadi pasca Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengatakan bahwa Trump akan menarik AS keluar dari perjanjian nuklir dengan Iran.
Trump juga akan memutuskan mengenai sanksi terhadap Iran pada 12 Mei ini, apakah akan menerapkan kembali sanksi AS terhadap Iran. Kemungkinan besar langkah ini akan mengurangi ekspor minyak dari Iran.
"Harga minyak (naik) bukan saja karena adanya kemungkinan sanksi AS ke Iran, tapi juga sanksi Venezuela dan Rusia," kata Manajer Riset Pasar di Tradition Energi, Gene McGillian.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement