Liputan6.com, Kebumen - Sehari-hari, Suharno berprofesi sebagai pesulap jalanan. Nyaris seluruh kota di Jawa Tengah telah disinggahi pria asal Ajibarang, Banyumas ini.
Pahit getir sebagai "orang jalanan" memberinya pengalaman berharga. Kadangkala, ia bertemu dengan orang baik hati yang memberinya pekerjaan dadakan. Memang, pekerjaannya yang ditawarkan tak seberapa besar hasilnya, tetapi ia tetap bersyukur.
Namun, tak sekali dua kali pula ia bertemu dengan orang yang, boro-boro, berbelas kasih. Pesulap jalanan ini terkadang terusir dan tak dihiraukan.
Baca Juga
Advertisement
Namun, pengalaman itu juga yang membuatnya kuat hati. Ia tak mudah putus asa. Ia jadi tak mudah iri, dengki, atau melik (ingin memiliki) harta benda yang bukan miliknya.
Musababnya, menjadi pesulap jalanan adalah pilihan hidupnya. Sulap adalah satu-satunya keahlian yang ia miliki.
Jika tak sempat kembali ke rumah, pesulap jalanan ini mesti berlindung di bawah atap toko, masjid atau tempat lain yang memberinya naungan untuk sekadar melepas penat.
Minimnya Penghasilan Pesulap Jalanan
Padahal jika dihitung, penghasilannya tak seberapa. Sehari menempuh perjalanan puluhan kilometer, rata-rata penghasilannya hanya Rp 50 ribu per hari.
Uang itu harus cukup untuk membiayai hidup dan pendidikan lima anaknya. Dengan sabar, pria berusia 43 tahun itu singgah dari kota ke kota.
Jumat, 27 April 2018, pagi buta, seperti biasa, Suharno mulai berkeliling mencari order sulap. Ia berangkat dari Banyumas menuju ke Purworejo. Saat melintas di Jalan Pejagoan, Kebumen, matanya terantuk pada dompet berwarna hitam.
Maka, ia pungut dompet yang ternyata berisi setumpuk uang. Bukannya ingin memiliki dompet itu, tetapi ia justru kasihan kepada pemilik dompet yang pasti kelimpungan.
Padahal, jika berniat jahat, Suharno bisa saja mengambil isi dompet itu untuk kepentingannya sendiri. Yang membuat miris, jika dibandingkan dengan penghasilan hariannya, nilai uang dalam dompet itu berpuluh kali lipat.
Namun, ia tak secuil pun berniat memiliki dompet itu. Oleh karena itu, pada keesokan harinya, Sabtu, 28 April 2018, ia melaporkan penemuan itu ke Polres Kebumen. Ia tak datang sendirian, seorang pesulap jalanan keliling lain asal Kebumen, Jhon Silombo, menemaninya.
"Saya butuh uang. Namun, itu bukan hak saya. Jadi tukang sulap penghasilan tidak seberapa, namun Alhamdulillah bisa nyukupin keluarga," ucap Suharno, dikutip dari keterangan tertulis Polres Kebumen, Sabtu, 28 April 2018.
Advertisement
Saat Pesulap Jalanan Bertemu Ibu Kades Cantik
Memperoleh laporan ini, polisi pun segera menghubungi pemilik dompet yang ditemukan oleh pesulap jalanan. Dia adalah Puji Lestari (35), yang ternyata adalah Kepala Desa Karangjambu, Sruweng, Kebumen.
Di depan penemu dompet dan pemiliknya, polisi mengecek satu per satu isi dompet. Itu termasuk uang senilai Rp 1.853.200.
Dompet itu ternyata juga berisi dokumen-dokumen berharga seperti KTP, STNK, Kartu BPJS lima lembar milik keluarga pemilik, serta kartu ATM BNI dan BRI. Semuanya utuh.
Saat itu, ibu kades pun hendak memberi uang sebagai tanda terima kasih. Secara mengejutkan, Suharno menolak.
"Insya Allah nanti ada gantinya. Saya ikhlas," dia menuturkan.
Kisah inspiratif ini lantas menjadi bahan pembicaraan kepolisian Polres Kebumen, begitu pun Kapolres Kebumen, AKBP Arief Bahtiar.
Kisah kecil orang jujur adalah bukti bahwa bangsa ini tak pernah kehabisan orang-orang baik. Orang-orang yang hatinya tak dipenuhi dengki dan hasrat memiliki yang bukan haknya.
Simak video pilihan berikut ini: