Kim Jong-un Akan Ubah Zona Waktu Korut Sama Seperti Korsel

Kim Jong-un merasa sedih melihat dua jam yang tergantung di dinding ruang pertemuan menunjukkan waktu yang berbeda antara dua negara tetangga.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 29 Apr 2018, 19:12 WIB
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un menandatangani buku tamu di Peace House Panmunjom di samping adiknya, Kim Yo Jong sebelum melakukan pertemuan bersejarah dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, Jumat (2/4). (Korea Summit Press Pool via AP)

Liputan6.com, Seoul - Kim Jong-un mengatakan, ia akan mempercepat 30 menit jam di Korea Utara agar sama dengan zona waktu di Korea Selatan. Kebijakan itu rangkaian dari hasil positif yang dicapai dalam pertemuan Kim Jong-un dan Presiden Moon Jae-in pada Jumat, 27 April 2018.

Kedua negara memiliki perbedaan zona waktu sejak 2015, ketika Korea Utara tiba-tiba mengubah waktu standarnya menjadi mundur 30 menit di belakang Korea Selatan.

Seperti dilansir Straits Times yang mengutip dari AFP, Minggu (29/4/2018), Pyongyang menyertakan alasan nasionalistis ketika melakukan perubahan zona waktu. Mereka mengklaim mengubahnya ke zona waktu yang digunakan sebelum penjajahan Jepang untuk menandai peringatan 70 tahun pembebasan negaranya dari kolonialisme Negeri Matahari Terbit itu.

Kini, setelah KTT Korea Utara-Korea Selatan, Kim Jong-un berjanji akan menyamakan kembali zona waktunya dengan Seoul. Hal tersebut diungkapkan oleh Yoon Young-chan, Juru Bicara Presiden Moon Jae-in.

Menurut Yoon Young-chan, Kim Jong-un merasa sedih melihat dua jam yang tergantung di dinding ruang pertemuan menunjukkan waktu yang berbeda bagi dua tetangga.

"Karena kami yang membuat perubahan standar waktu, maka kami yang akan kembali ke waktu semula. Anda dapat mengumumkannya secara terbuka," kata Yoon Young-chan mengutip ucapan Kim Jong-un.

Yoon Young-chan memuji itu sebagai "langkah simbolis" untuk hubungan yang lebih baik antara Seoul dan Pyongyang.

Perubahan zona waktu Pyongyang sebelumnya mengundang kecaman dari Park Geun Hye, pendahulu Moon Jae-in, yang berasal dari kubu konservatif.

Perbedaan zona waktu dianggap memperdalam perbedaan antara kedua Korea yang tercerai oleh Perang Korea 1950-1953.

Perang di Semenanjung Korea secara teknis belum berakhir. Moon Jae-in dan Kim Jong-un pada Jumat lalu bersumpah akan secara resmi mengakhirinya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Pertemuan Bersejarah Korea Utara-Korea Selatan

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjabat tangan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saat menggelar pertemuan di Peace House, Panmunjom, Korea Selatan, Jumat (27/4). Keduanya membahas terkait nuklir Korea Utara. (Korea Summit Press Pool via AFP)

Pasangan Kim Jong-un dan Moon Jae-in bertatap muka di desa Panmunjom, tepatnya di garis demarkasi di Zona Demiliterisasi (DMZ). Berbagai aksi simbolik mewarnai pertemuan antar pemimpin kedua negara.

Setelah menyapa, berjabat tangan, Kim Jong-un melangkah ke Selatan, mencatatkan sejarah sebagai pemimpin Korea Utara pertama yang menginjak Korea Selatan. Kim Jong-un lantas mempersilakan Moon Jae-in untuk melakukan hal serupa.

Dari berbagai laporan yang disiarkan langsung, di sepanjang pertemuan, kedua pemimpin banyak menebar senyum bahkan tidak terlihat kesan canggung. Bak dua sahabat lama, mereka tampil kompak.

KTT Korea Utara-Korea Selatan menghasilkan sejumlah kesepakatan yang tertuang dalam dokumen bertajuk "Panmunjom Declaration for Peace, Prosperity and Unification on the Korean Peninsula". Tiga capaian penting yang tercantum di dalamnya adalah kedua negara sepakat untuk secara resmi menyudahi Perang Korea 1953, menerapkan denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea, dan akan bekerja sama menuju unifikasi.

Pembicaraan penting keduanya diakhiri dengan konferensi pers bersama, di mana Kim Jong-un langsung berbicara di hadapan awak media. Ini sesuatu yang tidak pernah dilakukan pemimpin Korea Utara sebelumnya.

Namun, publik dinilai masih harus menunggu apakah Korea Utara benar-benar akan melakukan denuklirisasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya