Surabaya - Musala Thoriqul Jannah yang berada di ujung Jalan Karet, Surabaya, diyakini didiami oleh penunggu gaib. Pasalnya, pernah ada orang yang tidur sembarangan di musala ini dipindah ke luar oleh si 'penunggu' musala. Tidak hanya itu, di lantai dua tempat ibadah ini sering muncul bayangan seseorang.
Salah satu yang sudah hapal terkait hal itu adalah Anwari. Pria berusia 70 tahun itu kini tiap malam tidur di lantai atas musala. Selain tidur di tempat tersebut, dia juga biasa membantu membersihkan area musala. Meski masih kerap diganggu, baginya hal itu biasa.
"Sering (diganggu). Kadang masih dilihatin bayang-bayang makhluk halus," ujar Anwari saat ditemui Radar Surabaya (Jawa Pos Group).
Anwari menyebutkan, saat ini yang berani tidur di lantai atas hanya empat orang. Sebab, beberapa kali ada pengunjung yang mencoba tidur di lantai atas kerap diganggu makhluk halus sejenis jin.
"Ya paling cuma nakut-nakuti. Tidak sampai kenapa-kenapa," kata Anwari sembari tertawa.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Anwari, di lantai atas musala sengaja tidak diberi lampu penerang. Entah apa alasannya, Anwari tidak menjelaskan. Hanya saja, dia memakai lampu kecil atau lampu unblik untuk menerangi gelapnya ruangan lantai atas.
"Beberapa waktu lalu pernah ada anak tidur di lantai bawah malah dipindahkan ke belakang," ucapnya.
Tak hanya itu, Anwari menyebutkan, hingga saat ini musala Thoriqul Jannah masih menyimpan keranda jenazah. Keranda jenazah tersebut dahulu digunakan warga setempat untuk mengantarkan jenazah yang akan dimakamkan.
"Masih ada keranda sudah berusia mungkin ratusan tahun. Saat ini diteruskan di atas plafon lantai dua ini," tandasnya.
Plafon lantai dua musala sendiri memang tergolong kuat karena terbuat dari kayu jati. Di atas plafon tersebut bisa dibuat menyimpan apa saja. Berdasarkan pantauan, di atas plafon lantai dua terdapat alat-alat inventaris musala lama.
Baca berita menarik JawaPos.com lainnya di sini.
Pengaruh Tionghoa
Selain usianya yang berusia lebih dari 200 tahun, keunikan Musala Thoriqul Jannah juga terletak pada gaya arsitektur yang diterapkan. Musala itu dibangun dengan memadukan gaya arsitektur Tionghoa dan Jawa.
Detail ukiran indah terlihat di atas tempat imam dan bentuk atap di tempat imam. Salah satu yang mencolok dari bangunan tua itu dibangun dengan gaya arsitektur Tionghoa adalah adanya bangunan atap imam yang menyerupai bangunan atap kelenteng.
Bangunan tersebut posisinya berada di ujung depan tempat imam. Sekilas hal itu tampak biasa. Namun, jika diamati maka akan timbul layaknya atap bangunan tersendiri. Padahal, itu adalah bagian bangunan musala yang menjadi satu kesatuan.
"Di bagian depan dekat tempat imam ada dua tiang. Dan atap imam itu masih seperti yang dahulu sejak berdiri," ujar Hosan.
Lelaki yang tinggal di Jalan Bibis Gang 1 Nomor 20 itu tidak memungkiri juga bangunan tersebut dibangun dengan gaya arsitektur Tionghoa dan memadukan budaya setempat.
Bangunan tempat imam lokasinya paling menonjol di depan. Atapnya saat ini dicat warna hijau dipadukan dengan ukiran kuning keemasan. Atap itu dibuat menyatu dan diapit dua tiang besar.
"Itu masih bangunan asli. Tembok dari dahulu. Hanya kami cat kembali dengan warna putih dan ditambah keramik," tutur Hosan.
Sementara untuk lantai bawah, kata Hosan, juga masih menggunakan lantai asli yang terbuat dari marmer berusia ratusan tahun. Begitu pun dengan lantai dua Musala yang terbuat dari papan kayu jati asli Jawa.
Ketua Sarekat Pusaka Surabaya Freddy H Istanto membenarkan kawasan musala Thoriqul Jannah tersebut masuk dalam kawasan Kampung Pecinan. Tidak menutup kemungkinan juga akan mempengaruhi dalam gaya arsitektur bangunan tersebut.
"Seperti kebanyakan bangunan di kawasan tersebut memang kental dengan arsitektur Tiongkok," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement