Liputan6.com, Makassar - Dua bocah perempuan berinisial WE (11) dan RS (9) yang videonya memperdayai pengguna ATM beberapa waktu lalu, kini diserahkan ke Dinas Sosial Pemerintah Kota Makassar.
"Berdasarkan Pasal 21 UU 11 Tahun 2012 tentang Peradilan Anak, anak di bawah 12 tahun itu dikembalikan ke orangtua atau wali, dan diikutkan untuk pelatihan khusus setelah mendapat penganalisaan oleh penyidik," kata Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Anwar Hasan, saat ditemui di Jalan AP Pettarani, Makassar, Selasa (1/5/2018).
Anwar juga mengaku kesulitan untuk mencari tahu siapa yang mengajari kedua bocah tersebut untuk memperdayai pengguna ATM. Ia menyatakan proses interogasi anak pelaku kejahatan berbeda dengan orang dewasa.
"Kalau orang dewasa, dijepit sedikit sudah ngaku. Kalau anak-anak langsung nangis," ucapnya.
Kesulitan lainnya, lanjut Anwar, WE (11) memiliki sifat yang tertutup, padahal dialah yang menjadi kunci dari aksi kedua bocah tersebut. "Yang umur 9 tahun itu mengaku kalau yang ajari itu yang 11 tahun, sementara ini yang 11 tahun agak susah karena dia pendiam dan tertutup," ucapnya.
Namun berdasarkan pengakuan dari RS (9), mereka pernah menyerahkan uang hasil aksi kejahatan mereka kepada seorang lelaki.
Baca Juga
Advertisement
"Nah itu masih kita dalami. Yang jelas mereka serahkan ke seseorang, katanya sih mau dikembalikan ke yang punya tapi yang jelas kita masih dalami," ucap Anwar.
Sebelumnya, kasus itu mencuat setelah video CCTV yang merekam aksi dua bocah perempuan memperdayai dua wanita di mesin ATM, beredar viral di Facebook, khususnya Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Belakangan diketahui aksi itu terjadi di ATM Center depan Pesantren IMMIM Putera, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar pada Jumat, 20 April 2018.
Dalam video tersebut, kedua bocah itu berpura-pura menawarkan wafer dan mengganggu konsentrasi pengguna ATM. Saat pengguna lengah, kedua bocah itu dengan sigap menekan tombol nominal uang. Setelah pengguna ATM pergi, bocah itu kemudian mengambil uang tersebut.
"Setelah videonya viral dan kita terima laporannya kita bergerak cepat untuk mencari keberadaan dua anak perempuan itu," Kata Kapolsek Tamalanrea, Kompol Bachtiar saat dikonfirmasi, beberapa waktu lalu.
Kedua bocah perempuan itu pun berhasil diamankan oleh aparat kepolisian malam tadi di Jalan Tamalanrea IV, Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar.
"Diamankan di rumahnya masing-masing. Sampai sekarang kita masih lakukan pendalaman dan interogasi," ucapnya singkat.
Sering Pulang Malam
Sementara itu, Halijah, ibu dari WE mengaku tak mengetahui aksi putrinya, meski anak sulungnya itu kadang membawa pulang uang yang cukup banyak.
"Kemarin memang bawa pulang uang Rp 300 ribu, tapi dia cuma bilang uang itu dia dapat dari mesin ATM. Uangnya mahasiswa ketinggalan," kata Halijah.
Ia juga membenarkan sehari-hari anaknya itu memang berjualan wafer untuk membantu kebutuhan keluarganya. "Ya itu jualan Nabati, saya tidak tahu kalau dia pergi begini," ucapnya.
Senada dengan Halijah, Salma, ibu dari RS (9) juga mengaku kalau anaknya memang sehari-hari berjualan wafer untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya. Ia juga mengaku sangat sering memarahi anaknya karena ia bergaul dengan pria dewasa dan sering pulang malam.
"Capek saya pukul dia, Pak," ucapnya sambil menitikkan air mata.
Aksi dua bocah perempuan ini ternyata bukan pertama kalinya. Dari hasil interogasi awal oleh pihak kepolisian, kedua bocah itu mengaku telah tiga kali melakukan aksinya.
"Iya sudah tiga kali," kata Kanit Reskrim Polsek Tamalanrea, AKP Muhammad Warpa saat dikonfirmasi.
Warpah merinci aksi yang pertama mereka dilakukan pada awal April 2018. Saat itu kedua bocah itu berhasil memperdayai korbannya di mesin ATM area Kampus Universitas Hasanuddin.
"Kerugian korban waktu itu mencapai Rp 3,7 juta," sambung Warpah.
Lalu aksi kedua dari bocah itu, lanjut Warpah, dilakukan di ATM Center depan Pesantren IMMIM Putera, Jalan Perintis Kemerdekaan. "Kerugian korban berikutnya itu Rp 800 ribu," lanjutnya.
Petualangan kedua bocah itu kemudian berakhir pada aksi yang ketiga kalinya setelah video rekaman CCTV-nya viral di media sosial.
"Aksi ketiga lokasinya sama dengan aksi kedua, kerugian korban Rp 500 ribu. Dan itu aksi yang terakhir mereka," Warpah memungkasi.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement