Harga Minyak Tergelincir karena Penguatan Dolar AS

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni turun USD 1,32 atau hampir 2 persen.

oleh Arthur Gideon diperbarui 02 Mei 2018, 06:00 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak tergelincir lebih dari 1 persen pada perdagangan Selasa karena dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi tertinggi dalam empat bulan.

Namun kekhawatiran bahwa AS akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran menahan pelemahan harga minyak ke level yang lebih dalam.

Mengutip Reuters, Rabu (2/5/2018), harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Juli ditutup di angka USD 73,13 per barel, turun USD 1,56 atau 2,1 persen di sesi tersebut. Untuk kontrak Juni berakhir pada perdagangan Senin kemarin dan naik 53 sen menjadi USD 75,17 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni turun USD 1,32 atau hampir 2 persen ke level USD 67,25 per barel.

Harga minyak tertekan karena penguatan dolar AS. Nilai tukar mata uang AS naik ke wilayah positif pada 2018 ini dan dan menembus level kunci terhadap beberapa mata uang utama lainnya.

Pendorong penguatan dolar AS ini adalah pertumbuhan ekonomi AS yang diperkirakan terus membaik dan juga adanya ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS. Dengan kedua sentimen tersebut membuat investor berbondong-bondong mengoleksi dolar AS.

"Kekuatan dolar AS akan terus menjadi tekanan terhadap harga minyak pada perdagangan mendatang," jelas Gene McGillian, vice president Tradition Energy.

 


Kesepakatan Nuklir

Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Namun, rencana AS untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran mampu menahan pelemahan harga minyak ke level yang lebih rendah.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, memberi tahu negara-negara sekutu di Timur Tengah dan Eropa bahwa AS akan mundur dari Kesepakatan Nuklir Iran, kecuali jika perjanjian itu direvisi.

Pompeo memberi tahu negara sekutu AS itu bahwa Washington sangat khawatir atas upaya Iran mendominasi Timur Tengah dan ambisi nuklir Negeri Para Mullah.

Dalam kesempatan yang sama, Pompeo juga mengukuhkan rencana AS untuk menarik diri dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) -- nama resmi Kesepakatan Nuklir Iran.

JCPOA atau "Iran nuclear deal", merupakan pakta kesepakatan antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB (China, Prancis, Rusia, Inggris, AS) plus Jerman dan Uni Eropa.

Menurut pakta itu, Iran sepakat terhadap sejumlah hal, salah satunya adalah pengurangan stok uranium (bahan baku pembuat nuklir) hingga 98 persen. Kepatuhan Iran akan ditukar dengan pencabutan sanksi dari para negara penandatangan.

Meski sebagian besar penandatangan menyatakan Iran telah patuh terhadap pakta internasional pelucutan senjata nuklir, AS tetap menuding mereka "memiliki semangat pelucutan nuklir yang patut dipertanyakan", alias tidak percaya sepenuhnya pada iktikad ketaatan Tehran dalam beberapa waktu terakhir.

 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya