Laba Wika Turun 30,14 Persen pada Kuartal I 2018

Hingga April 2018, Wika telah bekerjasama dengan negara-negara di Afrika, termasuk Aljazair dengan proyek pembangunan 4.000 unit lodgement.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 02 Mei 2018, 09:40 WIB
(Foto: Wika.co.id)

Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (Wika) mencatatkan penjualan yang cukup tinggi pada kuartal I 2018. Namun, tingginya angka penjualan tak mampu mendorong laba perseroan. 

Direktur Keuangan Wika, ANS Kosasih, mengatakan bahwa Wika berhasil mencatatkan penjualan Rp 6,26 triliun untuk periode kuartal I 2018. Torehan tersebut mampu berkontribusi pada laba bersih perseroan yang mencapai Rp 171,22 miliar.

Meskipun laba yang dihasilkan cukup tinggi, angka tersebut turun 30,14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 245,07 miliar.

Kosasih menjelaskan, ada beberapa alasan yang membuat laba perseroan mengalami tekanan dalam periode ini. Salah satunya adalah investasi perseroan di jalan tol dan kawasan Transit Oriented Development (TOD) atau properti yang terhubung dengan infrastruktur transportasi publik.

"Ada beberapa investasi Wika di beberapa jalan tol dan infrastruktur transportasi publik lainnya serta di beberapa kawasan TOD yang membuat margin WIKA seakan turun," jelas dia seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (2/5/2018). 

"Selain itu, ada pula investasi jalan tol yang sudah selesai seperti jalan tol Soreang - Pasir Koja yang sudah diresmikan Presiden yang saat ini telah dioperasikan oleh WIKA dan tentunya belum melampaui payback period," kata dia.

Kosasih melanjutkan, penurunan laba tersebut tidak berdampak kepada kesehatan keuangan perseroan. Bahkan, ia cukup yakin pada 2018 ini Wika bisa melampaui banyak rekor kinerja yang telah dicapai sebelumnya.

Kas dan setara kas yang dimiliki perseroan mencapai Rp 10,25 triliun atau naik 28,10 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Total utang berbunga (interest bearing debt) WIKA tercatat Rp 12,25 triliun dan ekuitas sebesar Rp 14,73 triliun.

Hal ini menunjukkan rasio utang berbunga terhadap ekuitas dan net gearing ratio masing-masing hanya sebesar 0,83 kali dan 0,14 kali.

"Hal ini menunjukkan bahwa posisi keuangan WIKA saat ini masih sangat sehat dan kuat," tegas Kosasih.


Kontrak Baru

PT Wijaya Karya Tbk catatkan komodo bond di bursa saham London (Foto: Dok Wika)

Direktur Utama Wika, Tumiyana, meyakini bahwa performa perseroan akan semakin meningkat sejalan dengan semakin bertumbuhnya raihan kontrak baru hingga pekan III April 2018.

Capaian terbesar datang dari sektor infrastruktur dan gedung dengan raihan kontrak Rp 8,18 triliun disusul sektor industri dengan Rp 2,07 triliun. Sementara itu, raihan kontrak dari sektor energi dan industrial plant menyumbang Rp 814,40 miliar dan sektor properti sebesar Rp 207,77 miliar.

"Raihan kontrak baru hingga pekan III April 2018 mencapai Rp 11,27 triliun atau hampir 20 persen dari target kontrak baru perseroan 2018. Kami yakin ini akan meningkat lebih cepat di kuartal-kuartal berikutnya," jelas Tumiyana.

Kontribusi kontrak baru terbesar datang dari sinergi BUMN yang mampu menyumbangkan 54,31 persen dari kontrak baru di mana salah satu kontribusi terbesar adalah Proyek Pembangunan flyover Teluk Lamong yang diinisiasi PT Pelindo III (Persero).

"Sementara itu 36,29 persen kontrak yang dikerjakan perseroan berasal dari pihak swasta dan 9,40 persen berasal dari pihak pemerintah," ucap Tumiyana.

Tumiyana yakin kepercayaan pasar terhadap Wika akan terus bertumbuh sehubungan dengan merek Wika yang semakin diakui sebagai brand tepercaya di dalam dan luar negeri.

Hingga April 2018, Wika telah bekerja sama dengan negara-negara di Afrika, termasuk Aljazair dengan proyek pembangunan 4.000 unit lodgement.

Sementara itu, penjajakan juga dilakukan untuk pembangunan smelter timah di Nigeria, dan beberapa proyek lain di Namibia, Lesotho, Djibouti, Zambia, Kamerun, Afrika Selatan, Benin, dan Togo.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya