Donald Trump Dituding Mendikte Hasil Tes Kesehatannya

Mantan dokter pribadi Donald Trump, menguak sejumlah perilaku tak terpuji klien medisnya.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 02 Mei 2018, 12:32 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AP Photo/Carolyn Kaster)

Liputan6.com, Washington DC - Kabar miring kembali menerpa Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Baru-baru ini, Harold Bornstein, mantan dokter pribadi Donald Trump, menguak sejumlah perilaku tak terpuji klien medisnya, sebelum ia menjabat sebagai orang nomor satu di Negeri Paman Sam.

Dalam sebuah wawancara dengan media AS, Bornstein mengaku telah dipaksa oleh Trump untuk memanipulasi hasil pemeriksaan medis miliarder nyentrik itu pada tahun 2015 silam, jelang kampanye Pilpres AS 2016.

"(Donald Trump) mendikte-kan sendiri seluruh isi lembar catatan medis itu. Saya tidak menulisnya (secara independen). Saya hanya mengikuti saja (apa yang Donald Trump mau)," kata Bornstein kepada CNN (2/5/2018).

Padahal, lazimnya, pengisian lembar catatan medis tersebut harus dilakukan oleh dokter pemeriksa secara mandiri, independen, dan tanpa campur tangan pasien.

Lembar catatan medis itu kemudian digunakan oleh tim kampanye Donald Trump untuk membuktikan bahwa sang capres sehat walafiat serta layak jasmani untuk mengikuti Pilpres AS 2016, atau bahkan, menjadi presiden.

"Kekuatan fisik dan staminanya (Trump) sungguh luar biasa," bunyi lembar catatan medis dari kantor Bornstein, yang kemudian dirilis oleh tim kampanye Trump pada Desember 2015 silam.

"Jika terpilih, Bapak Trump, akan menjadi individu tersehat dalam sejarah kepresidenan AS."

Kala lembar catatan medis itu dirilis pada 2015, banyak orang yang skeptis dengan penilaian dokter yang memeriksa kondisi kesehatan Donald Trump.

Skeptisisme itu dipicu atas fakta bahwa sang miliarder nyentrik tersebut tercatat sebagai capres --dan presiden-- paling tua sepanjang sejarah Amerika Serikat.

Kini, pengakuan Bornstein mengenai kisah di balik lembar catatan medis tersebut, kian menguatkan skeptisisme serta kecurigaan publik tentang ketidak layakan kondisi kesehatan Donald Trump untuk duduk di kursi presiden Amerika Serikat.

Skeptisisme serta kecurigaan tentang kondisi kesehatan Trump telah mencuat sejak 2015 dan kembali mulai marak diperbincangkan pada akhir tahun 2017 -- jelang pemeriksaan rutin tahunan presiden AS oleh dokter Gedung Putih.

Tahun lalu, dokter Gedung Putih, Ronny Jackson, menyebut bahwa POTUS --sebutan lain Presiden AS-- menerapkan pola hidup dan konsumsi yang tak sehat, kelebihan berat badan, serta jarang berolahraga.

Kendati demikian, hasil pemeriksaan rutin tahunan dokter Gedung Putih yang dirilis pada Januari 2018 mendeklarasikan sang presiden sehat walafiat.

"Presiden dalam kondisi kesehatan yang sangat baik ... sangat sehat," kata Ronny Jackson pada 15 Januari 2018.

Tapi, pada pemeriksaan itu, tidak ada tes kejiwaan yang dilakukan oleh tim medis dan dokter. Namun, sebuah buku kontroversial yang awal tahun ini rilis memicu spekulasi tentang kesehatan mental sang presiden yang dinilai 'tak layak untuk memimpin'.

Menurut Michael Wolff, penulis buku 'Fire and Fury: Inside the White House', semua staf dan asisten Gedung Putih melihat Trump sebagai 'seorang anak-anak'.

Donald Trump menanggapi tudingan itu dengan mengatakan bahwa buku Wolff 'penuh dengan kebohongan'.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:


Bornstein: Orang Suruhan Trump Menggerebek Kantor Saya

Harold Bornstein (kiri), mantan dokter pribadi Donald Trump (Joe Marino / NY Daily News / Getty Images / AP PHOTO via The Guardian)

Harold Bornstein juga mengakui sejumlah kabar miring lain yang terkait Donald Trump.

Kepada NBC News, Bornstein mengaku bahwa kantornya pernah digerebek oleh staf Gedung Putih dan orang dekat Donald Trump pada Februari 2017. Mereka kemudian menyita seluruh dokumen medis tentang POTUS yang tersimpan di kantornya.

Menurut pengakuan Bornstein, figur yang terlibat dalam penggerebekan itu adalah Keith Schiller (pengawal pribadi Trump), Alan Garten (pengacara Trump Organization), dan seorang 'figur' ketiga yang tak ia kenal.

Penggerebekan itu terjadi dua hari usai Bornstein mengatakan kepada sebuah surat kabar di AS bahwa Trump selalu meminta resep obat penyubur rambut selama beberapa tahun terakhir.

Bornstein merasa haknya terusik atas peristiwa itu, di mana insiden tersebut membuatnya seperti habis 'diperkosa', takut, dan sedih.

Di sisi lain, Gedung Putih tak menyangkal peristiwa itu, namun, menolak cara Bornstein mendeskripsikan insiden itu sebagai sebuah 'penggerebekan dan penyitaan'.

"Bukan (penggerebekan) menurut pemahaman saya," kata Juru Bicara Gedung Putih, Sarah Sanders seperti dikutip dari The Guardian.

"Peristiwa itu bisa jadi sebuah prosedur standar bagi Gedung Putih untuk memperoleh semua dokumen catatan medis presiden terpilih. Jadi, dokumen itu hanya dipindahkan ke Gedung Putih, atas permintaan tim kesehatan kepresidenan," lanjut Sanders.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya