Liputan6.com, Jakarta Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA), Ronald Gunawan mengungkapkan pihaknya mengapresiasi upaya pemerintah, khususnya Kementerian ESDM guna menggairahkan iklim investasi di sektor hulu migas.
Dalam 18 bulan terakhir, Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan melakukan berbagai perubahan di industri migas dalam negeri. Salah satunya menerbitkan PSC model baru dengan skema gross split, setelah Indonesia memakai PSC cost recovery selama lebih dari 50 tahun.
Advertisement
"Untuk PSC cost recovery yang masih berjalan, Pemerintah melakukan revisi PP 79/2010 dan menerbitkan PP 27/2017. Perubahan kontrak dari PSC Cost Recovery menjadi Gross Split merupakan perubahan yang signifikan dari segi tata kelola industri hulu migas dengan tujuan memberikan fleksibilitas kepada kontraktor untuk melakukan efisiensi dalam operasinya," ungkapnya di JCC, Jakarta, Rabu (2/5/2018).
Menurut Gunawan, perubahan skema ini mendapatkan sambutan positif dari investor. Hal ini terlihat dengan diambilnya WK Migas yang ditawarkan pemerintah dalam lelang.
"Sudah terlihat sinyal yang positif dengan diambilnya 5 Wilayah Kerja dari 10 Wilayah Kerja yang ditawarkan tahun lalu," jelas dia.
IPA pun mengapresiasi upaya pemerintah untuk meningkatkan iklim investasi hulu migas lewat penyederhanaan peraturan dan perizinan.
Dalam catatan IPA di bulan Februari tahun ini sekitar 14 peraturan di sektor migas telah dicabut karena dianggap menghambat kegiatan bisnis.
"18 bulan terakhir ini arahnya positif. POD (Persetujuan plan of development/POD)) itu bisa sampai 1 tahun, sekarang hanya beberapa bulan," kata dia.
Reporter: Wilfridus Setu Umbu
Sumber: Merdeka.com
Pelaku Usaha Optimistis Migas Masih Jadi Tulang Punggung Energi RI
Indonesian Petroleum Association (IPA) kembali mengadakan 'The 42nd IPA Convention and Exhibition' di Jakarta Convention Center, sejak 2-4 Mei 2018. Pameran ini dimaksudkan sebagai ajang diskusi pelaku industri migas Indonesia.
Presiden IPA (Indonesian Petroleum Association), Ronald Gunawan, meyakini minyak dan gas bumi (migas) masih menjadi tulang punggung energi nasional bahkan hingga 30 tahun ke depan.
Kata dia, bila menilik pada World Energy Outlook 2017 oleh International Energy Agency (IEA), minyak dan gas bumi masih akan tetap menjadi energi utama di dunia dalam 20-30 tahun ke depan. Porsi energi dari migas masih di atas 50 persen.
Baca Juga
Sementara itu, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 menetapkan target porsi energi dari industri migas pada 2050 adalah sebesar 44 persen dari total energi nasional.
"Dari data ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa minyak dan gas bumi masih menjadi tulang punggung energi nasional dalam 20-30 tahun ke depan," ujar dia di Acara Pembukaan 'The 42th IPA Convention and Exhibition' di JCC, Jakarta, Rabu (2/5/2018).
Advertisement