BPS Prediksi Inflasi Ramadan dan Lebaran Bakal Terkendali

Inflasi bisa terkendali karena lonjakan harga tidak membuat inflasi melonjak pada satu bulan saja, tetapi terdistribusi ke dua bulan, Mei dan Juni.‎

oleh Septian Deny diperbarui 02 Mei 2018, 15:20 WIB
Inflasi

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) meyakini tingkat inflasi pada Ramadan dan Idul Fitri tahun ini lebih terkendali. Meski demikian, pemerintah diminta tetap mewaspadai lonjakan harga komoditas pangan pada bulan tersebut.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti, mengatakan, pada tahun ini, puasa dan Lebaran berada pada pertengahan bulan, yaitu pertengahan Mei dan Juni. Dengan demikian, lonjakan harga tidak membuat inflasi melonjak pada satu bulan saja, tetapi terdistribusi ke dua bulan, Mei dan Juni.‎

"Kalau kita lihat pola Puasa dan Lebaran, ini sebetulnya Lebaran yang akan datang jatuh di pertengahan bulan, puasanya juga di pertengahan Mei. Ini agak terbantu dari sisi perhitungan inflasi karena inflasinya akan terbagi dua. Jadi di Mei dan Juni. Kalau jatuhnya di awal atau akhir bulan maka akan tinggi sekali di salah satu bulan. Jadi ini agak terbantu," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (2/5/2018).

Meski demikian, Yunita mengingatkan agar pemerintah tetap mewaspadai lonjakan harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat. Jika terjadi lonjakan tinggi, dampaknya juga akan besar terhadap kenaikan inflasi.

‎"Komoditas yang biasanya naik, daging ayam, sapi, telur. Bisa ditebak konsumsi yang paling banyak saat Lebaran. Kalau sayuran itu kentang, kelapa, bumbu," kata dia.

Namun, Yunita tetap berharap potensi inflasi pada puasa dan Lebaran ‎tidak berkontribusi besar pada inflasi tahunan. Pada tahun ini, pemerintah menargetkan inflasi berada di kisaran 3,5 persen. "Mudah-mudahan terjaga," tandas dia.


BPS: Harga Beras Turun Bikin Inflasi April 2018 Rendah

Harga beras. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo).

BPS menyatakan tingkat inflasi April 2018 sebesar 0,1 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,2 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengatakan, ada sejumlah komponen yang menyebabkan penurunan inflasi pada April jika dibandingkan Maret 2018. Salah satunya kelompok bahan makanan seperti beras yang menyumbang deflasi sebesar 0,05 persen.

Dia menjelaskan, pada April 2018, kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,26 persen. Dari 11 jenis komoditas pada kelompok ini, 6 komoditas mengalami deflasi, yaitu beras sebesar 0,08 persen, ikan segar dan cabai merah masing-masing 0,03 persen. Selain itu, bayam, kangkung, melon dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,01 persen.

Adapun lima komoditas bahan makanan yang mengalami inflasi antara lain bawang merah sebesar 0,07 persen, daging ayam ras 0,03 persen serta telur ayam ras, tomat sayur, jeruk dan pisang masing-masing 0,01 persen.

"Harga beras untuk seluruh kualitas pada April mengalami penurunan dari bulan Maret," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (2/5/2018).

Sementara, kelompok yang berkontribusi terhadap inflasi April 2018 yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,24 persen. Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,16 persen, serta kelompok sandang sebesar 0,29 persen.

"Sandang yang memberikan andil 0,02 persen terhadap inflasi. Sandang itu 0,29 persen di mana didominasi oleh emas perhiasan dengan andil 0,01 persen," ungkap dia.

Selain itu, kelompok kesehatan sebesar 0,22 persen. Diikuti kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,04 persen. Terakhir kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,19 persen.

"Kelompok ini (transportasi, komunikasi dan jasa keuangan), pada April 2018 memberikan andil inflasi sebesar 0,03 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah bensin sebesar 0,03 persen," ujar dia.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya