Eksplorasi Tak Tumbuh, RI bakal Jadi Importir Gas di 2022

Diperlukan upaya dari pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang baik dan menarik bagi para investor.

oleh Merdeka.com diperbarui 02 Mei 2018, 15:43 WIB
Ilustrasi Foto Gas Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesian Petroleum Association (IPA) memperkirakan Indonesia bakal menjadi net importir gas di 2022. Hal ini diakibatkan karena meningkatnya konsumsi gas dalam negeri.

"Kalau tentang gas ini kan kalau kita lihat dari RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) ya. Kita lihat setelah 2022 dengan tumbuhnya konsumsi dalam negeri, kalau tidak ada penambahan, reserve yang signifikan kemungkinan besar kita juga menjadi net importir untuk gas," ungkap Presiden IPA, Ronald Gunawan, di JCC, Jakarta, Rabu (2/5/2018).

Untuk mengatasi ketimpangan antara konsumsi dan produksi migas, diperlukan investasi besar dalam melakukan eksplorasi guna menemukan sumber-sumber migas yang baru.

Eksplorasi sumber-sumber migas baru memberikan tantangan tersendiri, karena eksplorasi untuk menemukan cadangan migas baru telah bergeser ke daerah frontier dan laut dalam, dimana diperlukan investasi awal yang sangat besar dan teknologi yang tinggi.

Dia pun menyampaikan, harga minyak dunia yang mulai beranjak naik sejak November 2017 membawa optimisme bahwa industri migas akan bangkit kembali.

 


Iklim Investasi

Ilustrasi Foto Gas Bumi (iStockphoto)

Meskipun demikian diperlukan upaya dari pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang baik dan menarik bagi para investor.

"Perusahaan-perusahaan minyak di dunia makin selektif dalam melakukan investasi modal. Untuk itu kita harus mampu mengatasi persaingan global dan menarik investasi ke Indonesia," tandasnya.

Untuk diketahui, sejak tahun 2004, Indonesia telah menyandang status sebagai net importer minyak. Hal ini dilakukan untuk memenuhi konsumsi minyak domestik yang tidak dapat dicukupi oleh produksi minyak dalam negeri.

Data SKK Migas tahun 2016 menunjukkan bahwa produksi minyak bumi Indonesia hanya 831.000 barrel per hari. Angka itu, jauh dari kebutuhan nasional yang mencapai 1,6 juta barrel per hari.

 Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya