Liputan6.com, Makassar - Hampir serupa yang dilakukan berbagai suku yang ada di Indonesia. Bugis dan Makassar yang merupakan dua suku etnis terbesar di Sulawesi Selatan (Sulsel), juga memiliki ragam budaya ketika hendak memasuki bulan suci Ramadan.
"Ritual Suru Maca namanya. Itu sudah jadi tradisi suku Bugis-Makassar jelang Ramadan," ucap Andi Norma, anggota suku Bugis yang bermukim di Desa Minasa Baji, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulsel, kepada Liputan6.com, Rabu, 2 April 2018.
Biasanya, ritual Suru Maca dilakukan tepat sepekan memasuki bulan suci Ramadan. Dengan menggelar beragam kuliner khas suku Bugis-Makassar yang diletakkan di lantai dan biasanya juga di atas ranjang tidur.
Baca Juga
Advertisement
"Ragam kuliner khas Bugis Makassar yang diletakkan di lantai maupun di atas ranjang tidur tersebut diiringi dengan doa yang dipimpin oleh seorang guru yang biasa disebut panrita," terang Andi Norma.
Tujuan ritual Suru Maca, imbuh Andi Norma, selain menghormati leluhur, juga untuk membersihkan jiwa dan rohani sebelum memasuki bulan suci Ramadan.
"Bagi masyarakat suku Bugis-Makassar, harapannya agar hati terjaga selama menjalankan ibadah puasa serta diridai oleh Allah SWT," tutur Andi Norma.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Usai Didoakan, Kuliner Dimakan Bersama
Setelah pembacaan doa selesai, para keluarga yang menggelar ritual tersebut kemudian menyantap kuliner khas yang telah didoakan tadi dengan seluruh anggota keluarganya.
"Tetangga sekitar pun dipanggil untuk bersama-sama menyantap makanan yang ada. Ya, berbagi berkah namanya," terang Andi Norma.
Kuliner khas Bugis-Makassar yang biasanya hadir dalam ritual Suru Maca di antaranya ada opor ayam, ayam goreng tumis, nasi ketan dua warna, yakni ketan putih maupun hitam serta gula merah yang telah dicairkan atau akrab disebut songkolo palopo bagi suku Makassar dan sokko ugi bagi suku Bugis.
"Onde-onde tradisional atau biasa masyarakat Bugis-Makassar sebut umba-umba serta pisang raja tak lupa dihidangkan dalam ritual Suru Maca ini," ujar Andi Norma.
Usai menggelar ritual Suru Maca, biasanya, lanjut Norma, esoknya masyarakat suku Bugis-Makassar berziarah kubur ke leluhur dan makam-makam para penyiar Islam yang ada di daerahnya.
"Menyiarahi makam para keluarga atau orangtua yang telah tiada ini masih dilakukan dan tetap telestarikan sebagai bentuk penghormatan sekaligus mengingat kematian," Andi Norma menandaskan.
Advertisement