Liputan6.com, Jakarta Sebuah percobaan di New York, Amerika Serikat akan menguji apakah tanaman ganja memiliki dampak positif bagi para pengidap autisme. Para peneliti sedang mencari tahu apakah senyawa non-psikoaktif dari tanaman tersebut untuk perawatan autis.
Melansir New York Post pada Jumat (3/5/2018), mereka akan melakukan uji klinis pada anak dan remaja yang beberapa di antaranya berusia lima tahun pada akhir bulan Mei.
Advertisement
Pengujian akan dilakukan di Montefiore Medical center dan NYU Langone. Selain itu, para peneliti dari University of California dan San Diego dan Shaare Zedek Medical Center, Israel juga memiliki rencana yang sama.
Menurut ClinicalTrials.gov, mereka yang menjadi peserta berusia lima hingga delapan belas tahun dengan diagnosa autisme hingga pengidap berat.
Mereka akan melakukan studi dengan cara buta berganda dengan plasebo terkontrol. Ini berarti, setengah dari para peserta akan diberikan senyawa palsu. Baik para peneliti maupun partisipan tidak akan tahu mana yang mereka terima.
"Semoga itu efektif. Mudah-mudahan ini akan aman untuk semua orang," kata Direktur NYU Langone's Comprehensive Epilepsy Center, Dr. Orrin Devinsky yang juga merupakan peneliti utama.
Psikiater klinis, Eric Hollander dari Montefiore Medical Center akan bekerjasama dengan Devinsky dalam penelitian ini. Mereka akan menguji efek cannabidicarin (CBDV) pada 100 anak sebelum melakukan uji coba berikutnya di NYU dengan melibatkan cannabidiol (CBD).
Simak juga video menarik berikut ini:
Donasikan 4,7 Juta Dolar
Dikutip dari Live Science, autisme merupakan kondisi perkembangan saraf yang mempengaruhi komunikasi, perilaku, dan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, sekitar 1 dari 59 anak di negara itu mengalami autisme.
Tidak ada obat untuk autisme namun ada beberapa perawatan untuk gejalanya. Namun, ganja dianggap memiliki potensi untuk hal tersebut.
Sebuah yayasan nirlaba Ray and Tye Noorda Foundation mendonasikan 4,7 juta dolar kepada Centers for Medicinal Cannabis Research di UC San Diego School of Mediine, untuk melakukan penelitian ini.
Advertisement