Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga minyak dunia mendorong harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ikut naik. Namun, pemerintah tetap mempertahankan harga Premium dan Solar bersubsidi dengan alasan menjaga daya beli masyarakat.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana mengalihkan keuntungan dari penjualan minyak bagian negara, untuk menambah subsidi solar yang saat ini ditetapkan Rp 500 per liter.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Djoko Siswanto mengatakan, instansinya lebih memilih mengalihkan keuntungan hasil penjualan minyak bagian negara. Ketimbang membuat harga minyak khusus bagian negara, yang dijual ke PT Pertamina (persero). Hal itu seperti yang diusulkan Pertamina.
Baca Juga
Advertisement
Untuk diketahui, kedua mekanisme tersebut merupakan pilihan untuk mengurangi beban PT Pertamina (Persero), karena menjual Solar subsidi di bawah harga pasar.
"Sama saja. Mekanisme mau di hulu atau di hilir. Begitu saja," kata Djoko, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (3/5/2018).
Djoko menjelaskan, kenaikan harga minyak dunia belakangan ini mempengaruhi harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP). Realisasi besaran ICP sudah jauh di atas asumsi yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar USD 48 per barel. ICP saat ini sudah di atas USD 60 per barel.
Selanjutnya
Dari kondisi tersebut, keuntungan penjualan minyak mentah bagian negara lebih besar dari yang ditargetkan. Dengan begitu keuntungan bisa dialihkan untuk mensubsidi Premium dan Solar tanpa menggunakan APBN.
"Uang itu ada windfall profit dari APBN ke ICP. ICP sekarang sudah USD 67 per barel untuk April. Itu ada uangnya. Uangnya itulah yang untuk penambahan subsidi berapa per liternya.Tanpa harus mengambil uang APBN yang sudah ditargetkan," papar dia.
Djoko menuturkan, jika mekanisme tersebut belum menutupi kekurangan jarak harga antara harga pasar dengan harga yang ditetapkan pemerintah, ada pilihan mengurangi setoran dividen Pertamina ke negara.
"Ya artinya bisa dari setoran dividennya kami kurangin. misalnya kekurangannya Rp 1.500, lalu dari APBN nambahnya Rp 500. Berarti Rp 500nya diambil dari dividen yang harusnya disetorkan ke negara," tutur dia.
Djoko mengungkapkan, sebelum usulan mekanisme tersebut diterapkan, akan dibicarakan terlebih dahulu dengan Kementerian Keuangan dan Komisi VII DPR. "Nanti Kementerian Keuangan bisalah. kalau memang harus meminta persetujuan parlemen ya diajukan. tiap tahun ada APBNP," kata dia.
Sebelumnya, harga minyak sedikit menguat usai pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve mempertahankan suku bunga. The Federal Reserve juga yakin inflasi menguat akan berlanjut.
Harga minyak Brent untuk pengiriman Juli naik 23 sen menjadi USD 73,36 per barel. Sementara itu, harga minyak West TexasIntermediate mendaki 68 sen atau USD 67,93 per barel.
Hasil pertemuan the Federal Reserve pengaruhi laju harga minyak. Pejabat the Federal Reserve mengecilkanperlambatan pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja baru-baru ini.
Namun, pejabat the Federal Reserve mengatakan kalau rata-rata aktivitas ekonomi dan tenaga kerja menguat dalam beberapa bulan terakhir.Permintaan minyak erat terkait dengan indikator pertumbuhan ekonomi.
Pada awal sesi, pasar mengabaikan hasil temuan mengejutkan mengenai persediaan minyak mentah AS. Stok minyak mentah AS tercatat 6,2 juta barel dalam seminggu. Hal itu berdasarkan data the USD Energy Information Administration. Hampir lima juta barel minyak ada di Pantai Barat.
"Ini sebabnya pasar tidak bereaksi banyak karena kadang-kadang jumlah minyakdi West Coast tidak menentu. Biasanya Anda mendapatkan temuan stok minyak di West Coast kemudian diikuti aksi penarikan pada minggu depan," ujar Phil Flynn, Analis Price Futures Group,seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 3 Mei 2018.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement