Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mengatakan proyek infrastruktur yang digalakkan pemerintah berdampak positif bagi perkembangan industri alas kaki dalam negeri. Pasalnya, pembangunan infrastruktur seperti jalan, turut diikuti dengan bertumbuhnya pusat-pusat produksi alas kaki yang baru.
"Sepatu kuat di daerah Banten, ya Tangerang. Dalam tiga tahun terakhir, sekarang ke Jawa tengah, kedua Jawa Timur. Banten menurun, posisi dua itu Jawa Tengah, lalu Jawa Timur," ungkap Ketua Umum Aprisindo, Eddy Widjanarko dalam Konferensi Pers, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (3/5/2018).
Baca Juga
Advertisement
"Infrastruktur yang ada mendukung. Dulu ke Jepara, sampai 5 jam, sekarang bisa 3 jam, sekarang kalau sudah sampai Jawa," kata dia.
Pembangunan infrastruktur ini, kata Eddy pun menarik investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia.
"Sekarang ini optimisme dari investor juga baik. Mereka katanya lebih pasti. Infrastruktur bagus pabrik ada di mana pun bisa diakses," jelas Eddy.
Dengan demikian, daerah penghasil alas kaki yang selama ini terpusat di satu daerah, yakni Banten dengan sendirinya menyebar dan mendorong perekonomian di daerah-daerah lain.
"Jepara sudah ada dua pabrik. Produksi Adidas. Kalau ada dua macam ini bahan baku akan pindah. Industri pendukung akan pindah. Daerah lain (yang industri alas kakinya mulai tumbuh) Brebes, Sleman, Nganjuk, Probolinggo, Lasem Tuban," paparnya.
Meskipun demikian, kata dia pihaknya belum menargetkan pertumbuhan industri alas kaki, khususnya nilai ekspor yang terlalu bombastis di 2018.
"Kita tidak muluk-muluk. Sebesar 5 miliar Euro akan kita akan capai. Tujuan ekspor kita, ke Eropa 31 persen, ke Amerika Serikat 27,4 persen," tandasnya.
Reporter : Wilfridus Setu Embu
Sumber : Merdeka.com
Sepatu Buatan Ngawi Ini Diekspor hingga ke Prancis
Industri sepatu lokal terus mengembangkan pangsa pasar ekspor ke negara lain. Seperti yang dilakukan oleh PT Dwi Prima Sentosa yang telah jual produk sepatunya ke berbagai negara.
Direktur PT Dwi Prima Sentosa, Lily mengatakan, saat ini pihaknya telah mengekspor produknya ke Jepang, Korea, Jerman dan Prancis. Industri ini memproduksi berbagai merek sepatu seperti Yonex, New Star, Diadora, Kasogi dan Decathlon.
"Kita ekspor ke Perancis, Jepang, Korea, Jerman. Yang ke Perancis itu Decathlon. Itu baru mulai pertengahan tahun lalu," ujar dia di Mojokerto, Jawa Timur, 28 Februari 2017.
Dia menjelaskan, saat ini perusahaan memiliki 2 pabrik yaitu di Mojokerto dan Ngawi yang masih dalam tahap pengembangan. Pabrik di Mojokerto mampu memproduksi 150 ribu pasang sepatu per bulan, sedangkan di Ngawi, baru mencapai 5.000 pasang per hari.
"Ini 70 persen ekspor, 30 persen lokal," kata dia.
Untuk bahan baku, lanjut Lily, sebagian besar mampu dipasok dari dalam negeri. Namun demikian, masih ada juga yang harus diimpor dari negara lain, khususnya untuk kain yang diambil dari Tiongkok dan Korea.
"Bahan baku 30 persen impor, 70 persen lokal. Impor itu kebanyakan seperti bahan kain. Impor dari Tiongkok dan Korea," jelas dia.
Saat ini perusahaan masih terus mengembangkan pabriknya di Ngawi. Dengan demikian diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan sepatu baik lokal maupun ekspor.
"Target operasi (sepenuhnya) 2 tahun lagi. Tahun ini beroperasi sebagian. Penjualan tahun ini tumbuh target 40 persen," tandas dia.
Advertisement