Pembangunan Fiber Optic Perlu Digenjot agar Internet Makin Kencang

Akses internet lebih cepat secara maksimal dan stabil bisa dilakukan dengan pembangunan fiber optic.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Mei 2018, 10:00 WIB
Ilustrasi - fiber optic (ist.)

Liputan6.com, Jakarta - Secara teknis, internet bisa berjalan via mobile broadband dan fixed broadband (fiber optic). Keduanya memiliki keunggulan masing-masing.

Menurut Sekjen Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII), Irwin Day, dari kedua jenis broadband ini, akses internet lebih cepat secara maksimal dan stabil bisa dilakukan dengan fiber optic. Dalam hal ini bukan berarti menyampingkan keunggulan mobile broadband.

"Kalau mau internet cepat, fiber optic harus digelar. Enggak hanya mobile broadband. Semua punya keunggulan. Tetapi, yang namanya frekuensi kan ada batasnya," kata Irwin saat ditemui usai acara diskusi yang diselenggarakan oleh Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI), pada Kamis (3/5/2018).

Maka itu, agar bisa merasakan akses internet yang cepat, penggelaran infrastruktur fiber optik pun harus dilakukan. Sayangnya, ketika hal itu dilakukan, masih banyak kendala yang terjadi di lapangan. Seperti halnya soal perizinan.

Dikatakannya, merujuk pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 96 tahun 2014 tentang Rencana Pita Lebar Indonesia 2014-2019, ada sejumlah target yang dicanangkan, termasuk penggelaran infrastruktur.

Namun, jika kondisi di lapangan seperti perizinan belum dimudahkan, maka target tersebut akan sulit terpenuhi.

"Banyak kendala macam-macam, misalnya penggalian butuh izin yang di setiap kota berbeda kebijakannya. Itu lumayan menghambat. Seharusnya urusan yang seperti ini pemerintah pusat turun tangan standarnya izinnya. Jangan di atas dapat izin, tapi di bawah dilepas," ungkap dia.

 


Kemkominfo Fokus Bangun Fixed Broadband

Fiber Optic

Di sisi lain, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara pernah menyampaikan pada awak media 2016 lalu, kalau pemerintah Indonesia tengah fokus dalam pembangunan fixed broadband untuk penyediaan akses telekomunikasi nasional.

"Sekarang kami fokus pada fixed broadband karena lebih sulit dan menantang dibandingkan dengan mobile broadband," jelas pria yang karib disapa Chief RA tersebut.

Oleh karena itu, Rudiantara menyatakan pemerintah fokus untuk menjalankan Program Palapa Ring.

Program proyek pembangunan jaringan serat optik nasional itu menargetkan pada Januari 2019 seluruh kota besar dan kabupaten di Indonesia harus terhubung melalui broadband.

Hanya saja, untuk dapat mendistribusikannya ke rumah-rumah, dibutuhkan kontribusi penyelenggara jaringan. Hal ini yang menjadi persoalan karena masih terkendala dengan perizinan


Pengguna Internet Melonjak

Ilustrasi pengguna internet. ozoneparis.net

APJII baru saja mengumumkan jumlah pengguna internet pada 2017. Diketahui, pengguna internet di sepanjang 2017 telah mencapai 143,26 juta atau setara dengan 54,68 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia. 

Melihat peningkatan yang memuaskan ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengaku akan memanfaatkan data hasil survei APJII untuk mengejar target pemerataan jaringan broadband internet. Karenanya, pihak Kemkominfo akan mengebut pembangunan broadband.

"Percepatan pembangunan broadband akan terus dilakukan” tutur Semuel Abrijani Pangerapan, Dirjen Aptika Kemkominfo, dalam keterangan resmi yang diterima Tekno Liputan6.com pada Rabu (21/2/2018).

Pria yang karib disapa Semmy ini mengatakan, jumlah pengguna internet diprediksi akan semakin meningkat. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketersediaan internet di Indonesia yang kian merata karena pembangunan Palapa Ring yang segera rampung.

Di sisi lain, Sekretaris Jenderal APJII Henry Kasyfi Soemartono mengatakan, kenaikan yang terjadi akibat pembangunan infrastruktur niscaya semakin mempermudah masyarakat mengakses layanan internet.

Henri berharap, data hasil survei jumlah pengguna internet dari APJII, dapat digunakan untuk gambaran para pihak yang membutuhkan.

Untuk jumlah pengguna internet berdasarkan usia, didominasi oleh kisaran usia 19 hingga 34 tahun. Survei mencatat ada sekitar 49,52 persen responden, dan disusul oleh usia 35 hingga 54 tahun dengan persentase 29,55 persen.

Persentase ini sedikit berbeda jika dibandingkan survei pada 2016. Dalam survei tersebut, pengguna internet di Indonesia lebih didominasi pengguna dalam rentang usia di 35 hingga 44 tahun. Sementara persentase pengguna internet di rentang usia 19 hingga 34 tahun hanya 24,4 persen.

Adapun penetrasi pengguna internet di Indonesia lebih banyak berada di rentang usia 13 hingga 18 tahun, dengan persentase 75,50 persen. Rentang usia 19 hingga 34 tahun berada di posisi kedua dengan persentase 74,23 persen.

"Untuk komposisi pengguna berdasarkan jenis kelamin, laki-laki masih lebih banyak ketimbang perempuan. Jadi, persentase laki-laki adalah 51,43 persen, sedangkan perempuan 48,57 persen," ujar Henry.

Hasil survei ini juga mencatat semakin tinggi tingkat pendidikan terakhir seseorang, penetrasi terhadap internet pun semakin tinggi. Survei mencatat, responden dengan pendidikan S2 atau S3 memiliki penetrasi hingga 88,24 persen.

Reporter: Fauzan Jamaludin

Sumber: Merdeka.com

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya