Pandu Sastrowardoyo, Srikandi di Balik Perkembangan Blockchain

Pandu Sastrowardoyo, Chairwoman of the Board of Directors Blockchain Zoo berpendapat perempuan sangat cocok bekerja di dunia blockchain

oleh Iskandar diperbarui 04 Mei 2018, 17:00 WIB
Pandu Sastrowardoyo, Chairwoman of the Board of Directors Blockchain Zoo.

Liputan6.com, Jakarta - Blockchain yang mulanya dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas sistem keuangan, kini menjadi primadona dan solusi teknologi industri masa depan karena lebih efisien dan transparan.

Sejumlah ahli bahkan berpendapat teknologi blockchain menjadi penemuan terbesar kedua setelah internet. Teknologi ini juga diklaim memiliki potensi besar untuk mengubah dunia ke arah lebih baik.

Hal tersebut tentu merupakan hasil dari upaya sosialisasi pemanfaatan teknologi blockchain yang gencar dilakukan sejumlah pihak, salah satunya adalah sosok Chairwoman of the Board of Directors Blockchain Zoo yang merupakan inisiator berdirinya Asosiasi Blockchain Indonesia, Pandu Sastrowardoyo.

Dalam kampanye bertajuk ‘Woman In Blockchain’ di Jakarta, Kamis (3/5/2018), Pandu menyampaikan alasan bahwa wanita sangat cocok bekerja di dunia blockchain.

“Melalui kegiatan Women in Blockchain ini saya ingin menyampaikan bahwa wanita itu sangat cocok bekerja di dunia blockchain. Pasalnya, blockchain itu teknologi yang berbasis komunitas, hal ini juga saya pernah sampaikan dalam forum blockchain di Singapura beberapa waktu lalu,” ujar Pandu.


Momentum Titik Balik

Pandu Sastrowardoyo, Chairwoman of the Board of Directors Blockchain Zoo.

Pandu menyebut, terkait gerakan 'Women in Blockchain' dirinya juga diminta menjadi pembicara oleh salah satu kementerian di Singapura pada Juni 2018.

Ia pun menceritakan peran perempuan di dunia teknologi, khususnya di industri IT dan programmer

“Sejarah mencatat, dulu wanita banyak yang terjun di industri IT dan programmer, namun mulai menyusut salah satunya karena faktor kultural, di mana industri tersebut identik dengan kaum laki-laki dan perempuan dianggap tomboy. Teknologi blockchain ini menjadi momentum titik balik hal tersebut, lagi-lagi dikarenakan blockchain merupakan teknologi yang berbasis komunitas.”

Wanita jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menuturkan, jika bicara tentang programmer, yang menjadi programmer pertama di dunia itu adalah Ada Lovelace yang merupakan seorang perempuan.

Dalam forum 'Women in Blockchain' Pandu menjadi salah satu keynote speaker bersama satu orang wanita asal Indonesia, Merlina Li (Head of Marketing & Partnershipat Trivco) dan sosok perempuan lain asal Singapura, Daphne Ng (Secretary General of Singapore Blockchain Association).


Apa Itu Blockchain?

Ilustrasi blockchain. Dok: netscout.com

Blockchain dikembangkan bersamaan dengan kelahiran Bitcoin pada 2009. Sederhananya teknologi ini adalah buku besar atau basis data global yang bisa digunakan siapa pun secara online.

Menariknya, blockchain beroperasi secara independen alias tak dimiliki oleh lembaga atau perusahaan tertentu. Hal inilah yang membuat blockchain lebih transparan karena bisa diakses oleh siapa saja.

Layaknya buku kas induk di sebuah bank, blockchain juga merekam semua transaksi yang dilakukan seluruh pengguna. Bedanya semua transaksi di Blockchain bisa dilihat oleh semua pengguna, sedangkan buku kas induk hanya bisa dilihat oleh pihak bank.

Hal tersebut memungkinkan karena semua informasi di blockchain tersimpan di seluruh jaringan pengguna. Informasi yang terkumpul juga didistribusikan ke semua pengguna.

Blockchain mengadopsi sistem terdesentralisasi sehingga lebih efisien. Misalnya, ketika kamu membeli bitcoin, sistem komputer yang terhubung jaringan blockchain akan mencatat dan memberikan validitas secara otomatis.

Alhasil, prosesnya menjadi lebih cepat, terjangkau, mudah, dan minim kesalahan.

(Isk/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya