5 Perusahaan Teknologi Ini Ingin 'Retas' Otak Manusia, Buat Apa?

Sebuah teknologi yang bernama brain hacking atau peretasan otak, sudah banyak diinisiasi oleh para ilmuwan. Hal ini bahkan telah disokong oleh Elon Musk hingga DARPA.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Mei 2018, 07:30 WIB
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kita sering menemui masalah di mana merasa kesulitan dan tidak optimal dalam belajar. Faktanya, optimalisasi otak seringkali selalu berbeda di tiap manusia.

Sekarang, berbekal teknologi yang sudah makin maju dan mesin diprediksi akan dengan mudah gantikan manusia, para ilmuwan berpikir bahwa otak manusia juga butuh upgrade.

Sebuah teknologi yang bernama brain hacking atau peretasan otak, sudah banyak diinisiasi oleh para ilmuwan. Hal ini bahkan telah disokong oleh Elon Musk hingga DARPA.

Namun, kita tentu tahu bahwa otak manusia adalah organ yang paling rumit yang pernah ada.

Kemampuannya sungguh luar biasa dan tentu untuk memaksimalkannya ilmuwan masih butuh riset yang tak ada habisnya. Siapa sajakah yang mencoba hal gila ini? Berikut ulasannya.


DARPA

Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

DARPA, yang merupakan badan Pemerintah AS untuk mengembangkan teknologi militer, juga punya tujuan serupa.

Saat ini mereka sedang mengembangkan teknologi sensor otak, yang dikerjakan bersama Lawrence Livermore National Laboratory, yang diharapkan mampu membaca sinyal otak dan merangsang saraf manusia untuk melawan hilangnya memori.

Hal ini sangat penting bagi para tentara karena menurut data DARPA, lebih dari 270.000 orang tentara harus berjuang melawan cidera otak ketika berperang.

Oleh karena itu, para ilmuwan mencoba mengembangkan perangkat yang bisa dipasang di otak dan langsung menarget stimulasi neural dan membantu hilangnya memori karena cidera otak.


Neuralink

Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Tak cuma memiliki Tesla dengan mobil listrik revolusionernya, dan Space X dengan misi mendarat di Mars, Elon Musk juga memiliki startup lain dengan keinginan mengubah dunia: Neuralink.

Kali ini, ia ingin memasang sebuah chip di otak manusia.

Neuralink dalam situs web-nya menyebut bahwa mereka memiliki tujuan untuk "mengembangkan antarmuka otak-mesin bandwith ultra-tinggi untuk mengkoneksikan manusia dan komputer."

Tujuan paling akhir dan yang sudah sangat dekat ke ranah fiksi ilmiah di dunia nyata dari Neuralink adalah untuk mampu berkomunikasi dengan berjuta-juta orang lain yang otaknya sudah disisipi oleh mesin, hanya dengan 'pikiran.'


Kernel

Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Kernel adalah startup yang sedang mengembangkan teknologi memori protestik, di mana perangkat ini mampu membantuk kita mengingat apapun dengan sangat mudah. Jika telah berhasil, mereka akan mengkomnersilkan alat ini secara luas.

Ide ini datang dari petinggi venture capitalist OS Fund, Bryan Johnson, yang merelakan uang pribadinya sebesar 200 juta dolar didedikasikan untuk pengembangan teknologi ini.

Tujuan utamanya tentu soal medis, di mana Kernel ingin membantu para pasien dengan permasalahan otak untuk tetap berfungsi layaknya manusia normal.

Selain itu, Kernel juga ingin meluaskan cakupannya ke fase evolusi manusia yang memang harus berkompetisi dengan mesin.


Neurable

Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Tak seambisius DARPA ataupun Neuralink milik Elon Musk, startup ini berfokus untuk mengembangkan platform software yang dikontrol oleh otak untuk para produsen hardware atau software yang berbasis AR atau VR.

Jadi, jika Neurable telah berhasil mengembangkan perangkatnya, alih-alih menggunakan controller Oculus Touch atau perintah suara, Anda hanya tinggal berpikir saja untuk mengontrol kontennya.

Tujuan utamanya, hal ini tak hanya bisa diaplikasikan di dunia virtual, namun di dunia nyata. Seperti mematikan lampu atau menyalakan microwave hanya dengan pikiran.


Emotiv

Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Jika di berbagai film fiksi ilmiah, kita bisa mengontrol sesuatu menggunakan pikiran, Emotiv ingin melakukan hal tersebut di dunia nyata.

Startup tersebut mengembangkan sebuah neuro-headset yang mampu membuat para pengguna mengirimkan pikiran yang telah terkonsentrasi ke perangkat yang terkoneksi.

Headset ini bekerja dengan cara memindai otak kita untuk mendapatkan sinyal, dengan perangkat cerdas bernama Emotiv EEG dan dengan mudah kita bisa menggerakkan mobil mainan hanya dengan pikiran. Tujuan utamanya? Untuk membantu mereka yang terbatasi oleh disabilitas.

Reporter: Indra Cahya

Sumber: Merdeka.com

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya