Harga Emas Melambung Meski Data Tenaga Kerja AS Dukung Kenaikan Bunga

Harga emas berjangka AS untuk pengiriman Juni ditutup naik USD 2 atau 0,2 persen.

oleh Arthur Gideon diperbarui 05 Mei 2018, 08:30 WIB
Seorang pekerja mengangkat emas batangan 99,99 murni yang selesai dicetak di pabrik logam mulia Krastsvetmet, Rusia, 24 Oktober 2016. Krastsvetmet merupakan salah satu produsen terbesar di dunia dalam industri logam mulia (Reuters/Ilya Naymushin)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik tipis dalam perdagangan Jumat meskipun dolar AS mengalami penguatan setelah data pekerjaan AS lebih lemah dari perkiraan. Namun data pekerjaan yang melemah tersebut masih bisa mendukung kenaikan bunga lebih besar dari perkiraan awal.

Mengutip Reuters, Sabtu (5/5/2018), harga emas di pasar spot naik 0,2 persen ke level USD 1.313,90 per ounce pada pukul 1.37 siang waktu New York.

Jika dihitung sepanjang pekan, harga emas mengalami pelemahan 0,6 persen dan menuju penurunan mingguan ketiga berturut-turut.

Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman Juni ditutup naik USD 2 atau 0,2 persen ke level USD 1.314,70 per ounce.

Data ketenagakerjaan AS menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS meningkat kurang dari yang diharapkan pada bulan April dan tingkat pengangguran turun mendekati level terendah dalam 17 tahun sebesar 3,9 persen.

"Data pekerjaan ini mengecewakan dari yang kami bayangkan. Namun ini tidak cukup bagi Bank Sentral AS untuk berhenti menaikkan suku bunga. Mereka masih akan mendorong kenaikan dalam pertemuan Juni," kata Collin Martin, analis Schwab Center For Financial Research, New York, AS.

Analis Commerzbank Daniel Briesemann menjelaskan, pada pekan depan kemungkinan harga emas akan mendapat dukungan dari kekhawatiran investor mengenai kemungkinan penarikan AS dari kesepakatan nuklir dengan Iran.


Keputusan Bank Sentral AS

Pekerja menggunakan mesin untuk memberikan nomor seri pada emas batangan di pabrik logam mulia Krastsvetmet, Rusia, 24 Oktober 2016. Krastsvetmet merupakan salah satu produsen terbesar di dunia dalam industri logam mulia (Reuters/Ilya Naymushin)

Pada perdagangan kemarin,  harga emas merangkak naik setelah keputusan Bank Sentral AS mempertahankan suku bunga acuan untuk meyakinkan investor. Di sisi lain, ketidakpastian kondisi geopolitik yang meningkat ikut mengerek harga emas.

The Fed mengatakan, dalam periode 12 bulan ke depan, inflasi AS diperkirakan akan berjalan mendekati target, yakni 2 persen.

"Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) kemarin meredakan kekhawatiran bahwa The Fed akan tetap mempertahankan kebijakan pengetatan moneter secara bertahap," kata Kepala Strategis Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.

Sementara itu, Analis Komoditas di Bank Swiss Carsten Menke memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan empat kali di tahun ini, dari sebelumnya tiga kali.

Di sisi lain, kenaikan harga emas juga dipicu ketidakpastian kondisi geopolitik, seperti potensi AS menarik diri dari perjanjian nuklir Iran maupun pembicaraan perdagangan antara AS dan China.

"Perundingan (AS) tidak akan semulus yang diharapkan, ini akan jadi fokus. Tapi sekarang kita sudah melewati pertemuan FOMC," ujar Analis ANZ Daniel Hynes.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya