Liputan6.com, Jakarta Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudistira meminta pemerintah mewaspadai lonjakan harga bahan kebutuhan pokok jelang masuknya Ramadan. Lonjakan harga ini dinilai akan berdampak besar pada inflasi di Mei 2018.
Dia memperkirakan, inflasi Mei berkisar antara mencapai 0,5 persen-0,6 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi pada April yang sebesar 0,1 persen atau Maret yang berada di level 0,2 persen.
Baca Juga
Advertisement
"Inflasi Mei diperkirakan antara 0,5 persen-0,6 persen month to month, atau 3,6 persen year on year. Faktornya, kenaikan permintaan musiman saat bulan Ramadan terutama untuk pembelian bahan makanan dan pakaian jadi," ujar dia di Jakarta, Minggu (6/5/2018).
Selain itu, lanjut dia, ada juga faktor lain yang bisa mendorong inflasi di bulan ini, yaitu impor bahan baku. Hal ini terkait erat dengan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Kemudian ada faktor imported inflation yakni naiknya bahan baku dan biaya produksi akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Dari sisi administered price masih harus di perhatikan karena tren harga minyak dunia masih cukup tinggi. Imbas ke harga BBM nonsubsidi akan membuat biaya logistik lebih mahal," dia menambahkan.
Menurut Bhima, untuk menjaga inflasi di bulan ini, maka pemerintah harus memastikan pasokan bahan pangan mencukupi. Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga diharapkan bisa menaikkan suku bunga acuannya sebagai upaya mengendalikan nilai tukar.
"Solusinya kendalikan pasokan pangan khususnya bahan makanan yang secara musiman naik saat Ramadhan. Kemudian karena faktor nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap imported inflation maka menaikkan 7 Days Repo Rate 25-50 bps bisa jadi upaya kendalikan kurs," tandas dia.
BPS: Harga Beras Turun Bikin Inflasi April 2018 Rendah
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan tingkat inflasi April 2018 sebesar 0,1 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,2 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengatakan, ada sejumlah komponen yang menyebabkan penurunan inflasi pada April jika dibandingkan Maret 2018. Salah satunya kelompok bahan makanan seperti beras yang menyumbang deflasi sebesar 0,05 persen
Dia menjelaskan, pada April 2018, kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,26 persen. Dari 11 jenis komoditas pada kelompok ini, 6 komoditas mengalami deflasi, yaitu beras sebesar 0,08 persen, ikan segar dan cabai merah masing-masing 0,03 persen. Selain itu, bayam, kangkung, melon dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,01 persen.
Baca Juga
Sedangkan 5 komoditas bahan makanan yang mengalami inflasi antara lain bawang merah sebesar 0,07 persen, daging ayam ras 0,03 persen serta telur ayam ras, tomat sayur, jeruk dan pisang masing-masing 0,01 persen.
"Harga beras untuk seluruh kualitas pada April mengalami penurunan dari bulan Maret," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (2/5/2018).
Sedangkan kelompok yang berkontribusi terhadap inflasi April 2018 yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,24 persen. Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,16 persen, serta kelompok sandang sebesar 0,29 persen.
"Sandang yang memberikan andil 0,02 persen terhadap inflasi. Sandang itu 0,29 persen di mana didominasi oleh emas perhiasan dengan andil 0,01 persen," ungkap dia.
Selain itu, kelompok kesehatan sebesar 0,22 persen. Diikuti kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,04 persen. Terakhir kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,19 persen.
"Kelompok ini (transportasi, komunikasi dan jasa keuangan), pada April 2018 memberikan andil inflasi sebesar 0,03 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah bensin sebesar 0,03 persen," ujar dia.
Advertisement