Liputan6.com, Cilacap - Sejumlah perempuan paruh baya dengan cekatan mengambil Alu, sejenis alat tumbuk tradisional Cilacap tempo dulu, dari dalam Lesung. Tak berapa lama, suara “Glothekan” pun terdengar.
Lagu-lagu riang berirama ritmis pun terdengar diiringi bebunyian pukulan Alu dan Lesung. Ini lah seni Cokekan, Seni yang tak lepas dari daerah Cilacap yang merupakan daerah agraris. Lagu “Jaran Kepang”, “Kopat Kopet” dan “Dawet Ayu” dinyanyikan berurutan.
Pada masa lalu, Cokekan kerap bertalu di pedesaan sebagai pengingat agar petani tak bermalas-malasan. Cilacap tempo dulu, Cokekan kerap dimainkan pada masa panen, atau seusai panen, ketika para petani bergembira.
Baca Juga
Advertisement
Seni tradisional Cilacap yang nyaris punah itu ditampilkan dalam Gelar Budaya Cilacap (GBC) 2018, Sabtu dan Minggu, 5-6 Mei 2018. Selama dua hari, masyarakat disuguhi kesenian tradisional.
Sesuai temanya, “Rajutan Cilacap Masa Lalu dan Kini”, lewat festival ini, kesenian masa lalu Cilacap hingga kesenian yang lebih kekinian atau modern bertemu dalam sebuah rangkaian kegiatan.
Untuk membaca Cilacap tempo dulu, tak sah rasanya jika tak mengenal artefak atau peninggalan-peninggalan budi daya masyarakat Cilacap di masa silam. Maka, pameran kepurbakalaan dan artefak kuno pun dipadukan dengan pameran lukisan.
Merawat Cilacap dari Artefak Kuno
Festival ini juga merupakan ungkapan kekhawatiran pelaku seni dan pecinta benda purbakala, terancamnya benda-benda diduga cagar budaya. Sebab itu, Bangunan-bangunan kuno yang berusia lebih dari 50 tahun diabadikan dengan foto.
Lantas, foto-foto itu dipamerkan dalam festival ini. Selain itu, dipamerkan pula benda-benda bersejarah seperti peta kuno Cilacap di masa kolonial Hindia Belanda.
Penyediaan naskah kuno dibantu oleh Arsip Daerah Kabupaten Cilacap. Sedang benda kepurbakalaan, didukung oleh beberapa warga Cilacap yang menjadi kolektor.
Benda-benda yang berhubungan dengan peri kehidupan juga dipamerkan, antara lain, keris, kenthong dan prasasti. Sedangkan artefak kuno atau benda purbakala yang dipamerkan antara lain, lumpang alu dari abad ke-9, keris sampai arsitektur bangunan kuno.
“Dari sisi masa lalu, itu banyaknya bangunan-bangunan cagar budaya, tetapi, kalau boleh dikatakan itu terlantar, tidak ada yang menengok,” ucap Ketua DKC, Imam Yudianto.
Advertisement
Seni Kontemporer dalam Gelar Budaya Cilacap 2018
Gelar seni kontemporer diwakili pameran 18 pelukis. Pun, pertunjukan seni kolaboratif Pakeliran Jawa dan teater bertajuk “Karna Tanding”.
“Yang pertama, banyaknya kelompok kesenian tradisional, tetapi sarana untuk tampil itu kan kurang. Sekaligus, kita menggugah pemerintah untuk secara nyata memfasilitasi,” dia menambahkan.
Mempertemukan kebudayaan masa silam dan masa kini Cilacap bukan lah perkara mudah. Gelar Kebudayaan Cilacap 2018 ini setidaknya menjadi ringkasan tumbuhnya budaya Cilacap yang kompleks dalam rentang rarusan tahun.
Festival ini, Masyarakat memahami daerah tempat tinggalnya, baik dengan menikmati pameran atau seni pertunjukan yang disajikan.
“Dari kegiatan ini, setidaknya bisa muncul apresiasi yang semoga berdampak pada khalayak luas bisa mengenal Cilacap lebih akrab,” Badrudin menerangkan.
Dia berharap, festival budaya Cilacap ini bisa menjadi media untuk memperkenalkan kekayaan budaya Cilacap tempo dulu. Masyarakat juga diajak untuk bersama-sama melestarikan seni budaya dan artefak budaya peninggalan di Cilacap.