Liputan6.com, Washington, DC - Pertemuan bersejarah antara Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un "kemungkinan besar" akan berlangsung di Singapura pada pertengahan Juni. Demikian menurut surat kabar terbesar di Korea Selatan.
Mengutip sumber diplomatik di Washington, Amerika Serikat, Chosun Ilbo pada Sabtu, 5 Mei merilis bahwa Singapura merupakan "kandidat" terkuat tuan rumah pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un. Meski demikian, masih ada kemungkinan bahwa Donald Trump "yang suka dengan efek dramatis" akan memilih Panmunjom di Zona Demiliterisasi pada menit-menit terakhir. Demikian seperti dilansir The Straits Times, Senin (7/5/2018).
Dalam laporan di laman depannya, surat kabar berbahasa Korea itu juga mengatakan bahwa pertemuan tersebut kemungkinan akan diadakan pada pekan ketiga di bulan Juni, sekitar tanggal 9-15, setelah Donald Trump menghadiri KTT G-7 di Kanada pada 8-9 Juni.
Sebelumnya, pada hari Jumat, Donald Trump mengatakan bahwa tanggal dan lokasi pertemuannya dengan Kim Jong-un sudah ditetapkan.
"Kami akan segera mengumumkannya," kata Donald Trump kepada wartawan.
Isu denuklirisasi diperkirakan akan menjadi diskusi utama dalam pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un.
Baca Juga
Advertisement
Spekulasi terkait pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un telah berlangsung selama berminggu-minggu.
Kim Jong-un dilaporkan ingin keduanya bertemu di Pyongyang, namun kemudian muncul opsi lain, yakni di Mongolia.
Ulaanbaatar memiliki hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dan Korea Utara dan dapat diakses dengan kereta sehingga Kim Jong-un bisa mencapainya dengan menggunakan kereta anti-peluru.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Mengapa Singapura?
Sejumlah negara-negara Eropa, seperti Swedia dan Swiss, sempat menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump. Namun, dikesampingkan karena jarak dari Pyongyang.
Negara-negara Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Thailand juga telah menyatakan kesediaannya untuk jadi lokasi pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump. Meski demikian, pejabat Amerika Serikat dilaporkan lebih suka dengan Singapura, yang terkenal dengan standar keamanannya yang tinggi.
Bagi para pengamat, Singapura menonjol karena kenetralan, efisiensi, dan ketertiban umumnya yang berada pada tinggi tinggi. Negeri Singa juga sebelumnya pernah menjadi tuan rumah serupa, tepatnya pada tahun 2015 ketika Presiden China Xi Jinping bertatap muka dengan mantan pemimpin Taiwan Ma Ying-jeou.
Lim Tai Wei, peneliti di East Asian Institute, National University of Singapore, mengatakan kepada The Straits Times, "Netralitas Singapura menarik bagi kedua (Amerika Serikat dan Korea Utara). Keamanan publik tidak perlu khawatir. Baik Pyongyang dan Washington memiliki kedutaan di sini. Amerika Serikat juga diuntungkan dengan lokasi prestise dan glamour. "
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada 28 April mengatakan bahwa pihaknya belum menerima undangan resmi atau permintaan untuk menjadi tuan rumah pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump.
Sementara itu, sebelum pertemuannya dengan Kim Jong-un terlaksana, Donald Trump akan lebih dulu bertatap muka dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. Moon dijadwalkan akan berkunjung ke Gedung Putih pada 22 Mei.
"Pertemuan ketiga antara kedua pemimpin ini menegaskan kekuatan abadi aliansi Amerika Serikat-Korea Selatan dan persahabatan mendalam antara kedua negara kami," kata Gedung Putih dalam pernyataannya terkait dengan pertemuan Donald Trump dan Moon Jae-in.
"Presiden Trump dan Presiden Moon akan melanjutkan koordinasi erat mereka pada perkembangan mengenai Semenanjung Korea setelah KTT antar-Korea tanggal 27 April," tambah Gedung Putih.
Advertisement