Liputan6.com, Jakarta Kenapa pria orgasme, secara ilmiah, sudah tidak ditanyakan lagi tujuannya. Pria harus orgasme untuk bisa bereproduksi. Tapi, bagaimana dengan orgasme wanita? Hal ini masih menjadi misteri.
Tentu saja, orgasme wanita memberikan kepuasan dan kenikmatan. Tapi, apakah perlu wanita mencapai klimaks untuk bisa hamil?
Advertisement
Tidak. Banyak pasangan berhasil hamil tanpa pihak wanita lebih dulu orgasme. Namun, beberapa riset menemukan, orgasme wanita ternyata meningkatkan kemungkinan pembuahan. Berikut paparan para dokter kandungan mengenai hal ini.
Teori Penyedotan
Hipotesis penyedotan (upsuck hypothesis) pertama kali ditemukan pada awal abad ke-19. Hipotesis mengatakan, seiring wanita mencapai orgasme, otot uterinnya akan berfungsi seperti penyedot (vacuum) yang akan menarik sperma dan membantu perjalanan mereka dalam vagina.
"Ketika seorang wanita orgasme, kontraksi otot yang kuat membantu sperma berenang di serviks dan uterus, menempatkan mereka di tuba falopi, tempat pembuahan terjadi," jelas Sherry Ross, MD, dokter kandungan di Santa Monica kepada laman Health, dilansir Senin (7/5/2018).
Tapi, Dr. Ross juga mengatakan teori ini kontroversial, dan riset terbaru mengatakan teori ini masih belum teruji.
Satu studi menemukan, ketika wanita mencapai orgasme satu menit atau 45 menit setelah pasangannya ejakulasi, sperma akan bertahan lebih banyak dibanding jika wanita tidak orgasme.
Sementara, studi lain menyimpulkan, hanya sedikit atau malah sama sekali tidak ada peran orgasme wanita dalam memindahkan spermatozoa dalam koitus alami manusia.
Dan studi besar ketiga menemukan, jika fokus pada lama hubungan dan seberapa sering pasangan berhubungan seks, hal itu akan menyingkirkan hubungan antara orgasme dengan jumlah anak yang dimiliki pasangan.
Saksikan video menarik berikut:
Banyak dokter kandungan yang sangsi
Banyak juga dokter kandungan lain yang skeptis terhadap efek penyedotan orgasme wanita terhadap kehamilan.
"Jika rahim dan tuba...dan sel-sel kecil di dinding serviks dan vagina bekerja dengan benar, sehingga mendorong pergerakan sperma di kanal serviks ke dalam rahim, lalu ke tuba falopi, dan sel telur telah terbentuk dan dilepaskan pada waktu yang tepat, dan semua kondisi ini terjadi secara tepat, kamu akan hamil, tidak peduli apakah wanita orgasme atau tidak," ujar Adeeti Gupta, MD, FACOG, pendiri Walk IN GYN Care di Queens, New York.
Advertisement
Jangan stres, karena bisa mempengaruhi kesuburan
Ketika kamu berusaha untuk hamil, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan stres. Dan stres bisa menghalangi kehamilan.
Jangan biarkan bisa tidaknya kamu orgasme masuk jadi penyebab stres. Walau orgasme mungkin bisa membantu, hal ini bukanlah faktor utama untuk bisa hamil, tegas Dr. Ross.
Stres, ujar Dr. Gupta, adalah pembunuh kesuburan yang sudah diakui.
"Stres meningkatkan tingkat kortisol yang kemundian bisa mengacaukan keseimbangan hormon wanita, mempengaruhi ovulasi, sehingga mempengaruhi pembuahan," ujar Dr. Gupta. Hal ini disetujui oleh Dr. Ross.
"Efek menenangkan dari orgasme bisa membantu proses pembuatan bayi," jelasnya.
Jadi, jika pasangan sedang berusaha hamil dan wanita mencapai orgasme, hal itu hebat. Dan tentu saja tidak ada ruginya.
Namun, jika wanita tidak berhasil mencapai orgasme, tidak perlu khawatir.
"Tenang, bebaskan pikiranmu, dan tubuh akan melakukan apa yang seharusnya ia lakukan," tutup Dr. Gupta.