Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tekanan dalam beberapa pekan terakhir. Pada Selasa ini, rupiah sudah menyentuh angka Rp 14.036 per dolar AS.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan rupiah ambruk hingga lebih dari 3 persen pada tahun ini. Salah satunya yaitu rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,06 persen. Angka tersebut lebih rendah dari prediksi di angka 5,4 persen.
Ia melanjutkan, pelemahan ini diperkirakan akan terus berlajut. Alasannya, sentimen dari luar seperti rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS masih akan menggelayuti nilai tukar rupiah.
"Pelemahan nilai tukar rupiah diprediksi akan terus berlanjut hingga akhir Mei 2018 terbuka peluang kurs terdepresiasi hingga Rp 14.000 - Rp 14.200," tuturnya kepada Liputan6.com, Selasa (8/5/2018).
Baca Juga
Advertisement
Bhima menjelaskan, pelemahan rupiah tersebut berdampak pada industri impor. Kondisi ini akan menggerus pendapatan pelaku usaha.
"Untuk impor baik bahan baku, barang modal dan barang konsumsi sebagian besar gunakan kapal asing yang membutuhkan dolar AS jadi logistic cost pasti makin membebani industri domestik. Sementara daya beli sedang lesu, jadi penjual tidak akan sembarangan naikan harga barang," ujarnya.
Ia juga menyatakan pelemahan nilai tukar akan berdampak pada konsumsi rumah tangga terutama barang kebutuhan pokok.
"Tahun 2017 lalu neraca migas kita defisit USD 8,5 miliar karena impor minyak bengkak hingga USD 24,3 miliar. Ini enggak sehat dan pengaruhi harga BBM non subsidi yang dipakai angkutan barang kebutuhan pokok," tuturnya.
"Ini yang harus di perhatikan pemerintah karena inflasi langsung pukul daya beli masyarakat miskin," tambah dia.
Sampai Berapa Lama?
Sementara itu, Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menilai pelemahan nilai tukar rupiah sulit diprediksi akan berlangsung seberapa lama. Hal ini mengingat banyak sentimen serta investor yang akan membayangi nilai tukar.
"Berapa lama? Sulit untuk diprediksi karena sangat bergantung kepada sentimen dan persepsi investor," tuturnya.
"Kalau Bank Indonesia (BI) bisa konsisten hadir di pasar, bisa meyakinkan bahwa kebutuhan dolar AS bisa dicukupi sehingga pasar ditenangkan maka investor akan stay dan rupiah akan kembali ke bawah 14 ribu per dolar AS," tandas Piter.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement