LSI Denny JA: Suara PDIP Terdongkrak Jokowi

Temuan LSI, banyak pemilih mengasosiasikan partai dengan calon presiden yang diusung.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 08 Mei 2018, 16:05 WIB
Presiden Jokowi berdialog dengan perwakilan nelayan dari Papua saat pertemuan di Istana Negara, Jakarta, Selasa (8/5). Di sela-sela pertemuan, Jokowi juga memberikan kesempatan kepada nelayan untuk menyampaikan keluhan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA membeberkan hasil penelitian yang dilakukan 28 April sampai 5 Mei 2018. Salah satu yang disoroti adalah dukungan terhadap partai politik imbas calon presiden yang diusung, memiliki program populer, serta adanya skandal di parpol.

Menurut peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, sebanyak 75,5% responden menyatakan, capres yang kuat mempengaruhi elektabiltas partai, sedangkan sisanya menyatakan tidak. Kemudian program populer yang diusung mempengaruhi sebanyak 74,7%, sedangkan sisanya tak sepakat.

Dalam survei ini, PDIP menduduki posisi pertama dengan meraih suara 21,70 persen. Disusul kemudian oleh Golkar dengan 15,30 persen, dan Gerindra 14,70 persen.

Berdasarkan penelitian LSI Denny JA, PDIP bertahan di puncak klasemen lantaran sosok Jokowi yang terasosiasi dengan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu.

"Ini yang membuat PDIP bertahan (Jokowi) di puncak klasemen," ungkap Ardian di kantornya, Jakarta, Selasa (8/5/2018).

Menurut Ardian, sebanyak 65 persen responden menyatakan Jokowi terasosiasi dengan PDIP. 20 persen menyatakan terasosiasi gabungan partai lain. Sedangkan 15 Persen tidak tahu/tidak jawab.

Terakhir, mayoritas responden setuju bahwa skandal di partai mempengaruhi elektabiltas, yaitu sebesar 51,7%, sedangkan sisanya tak menyetujui.

 


Dampak Puan dan Pramono Anung

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dia pun membeberkan bagaimana isu Puan Maharani dan Pramono Anung dalam kasus E-KTP, mempengaruhi para pemilih. Dari yang memilih PDIP, sebesar 77 persen tetap akan memilih partai berlambang banteng bermoncong putih itu.

"10,7 persen tidak akan memilih PDIP. Tidak tahu atau tidak jawab sebesar 12,3 persen," ucap Ardian.

Adapun survei ini dilakukan dengan metode multistage random sampling, dengan jumlah responden 1.200 orang. Dimana menggunakan wawancara tatap muka responden, yang menggunakan kuisioner. Dengan margin of error +- 2,9%.

Saksikan video pilihan di bawah ini 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya