Liputan6.com, Palu: Sehari setelah Hari Raya Idulfitri, komunitas warga keturunan Arab di Palu, Sulawesi Tengah, menggelar tradisi Iwadh, Kamis (1/9). Tradisi itu sudah dijalankan turun temurun sejak zaman penjajahan Belanda.
Warga di komunitas itu berkumpul di rumah seorang warga. Sambil menikmati hidangan yang disajikan tuan rumah, mereka melantunkan puji-pujian kepada Nabi Muhammad Saw, serta doa bagi pemilik rumah.
Usai salat Duhur, warga menyalakan petasan dan membagikan uang. Setelah itu, mereka kembali berkumpul di dalam dan melantunkan senandung-senandung berisikan pantun. Suasana akrab dan penuh senda gurau terlihat dalm acara itu.
Tradisi Iwadh atau kembali adalah peninggalan ulama Habib Idrus bin Salim Aldjufrie. Inti tradisi itu adalah silaturahim ke rumah orang yang dituakan. Tradisi Iwadh tak hanya digelar di Palu. Komunitas warga Arab di sejumlah daerah di Tanah Air pun memelihara tradisi itu.(SHA)
Warga di komunitas itu berkumpul di rumah seorang warga. Sambil menikmati hidangan yang disajikan tuan rumah, mereka melantunkan puji-pujian kepada Nabi Muhammad Saw, serta doa bagi pemilik rumah.
Usai salat Duhur, warga menyalakan petasan dan membagikan uang. Setelah itu, mereka kembali berkumpul di dalam dan melantunkan senandung-senandung berisikan pantun. Suasana akrab dan penuh senda gurau terlihat dalm acara itu.
Tradisi Iwadh atau kembali adalah peninggalan ulama Habib Idrus bin Salim Aldjufrie. Inti tradisi itu adalah silaturahim ke rumah orang yang dituakan. Tradisi Iwadh tak hanya digelar di Palu. Komunitas warga Arab di sejumlah daerah di Tanah Air pun memelihara tradisi itu.(SHA)