Khayalan Membelah Gunung Lewat Sajian Pagi Bakso Merapi

Bakso bundar sudah biasa. Bagaimana dengan bakso berwujud Gunung Merapi? Cicipi dan rasakan bedanya, terutama saat sarapan di pagi hari.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 09 Mei 2018, 06:00 WIB
Inovasi bakso menyerupai Gunung Merapi bisa dicicipi di Laba Laba Bakso And Kitchen, Sleman.

Liputan6.com, Yogyakarta - Inovasi makanan dari daging bernama bakso seolah tanpa henti. Ketika bakso berukuran raksasa sudah menjadi hal biasa, kini giliran bakso berbentuk Gunung Merapi mulai digemari.

Sesuai namanya, bakso ini memang mirip dengan Gunung Merapi. Bakso yang dibikin seberat 500 gram ini memiliki puncak yang merekah. Sausnya pun dilelehkan di puncak, sehingga menyerupai lava pijar.

Porsinya yang besar membuat bakso Merapi ditujukan untuk tiga sampai empat orang. Bakso Merapi disajikan terpisah dengan mangkuk kuah dan aksesori lain seperti mi, pangsit, dan tahu.

Bakso Merapi dijual di Laba Laba Bakso And Kitchen yang berlokasi di Jalan Raya Tajem, Maguwoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Menu yang dibanderol seharga Rp 70.000 per porsi ini bisa didapati mulai pukul 07.00 sampai 22.00 WIB, sesuai dengan jam buka kedai.

Selain bakso Merapi, aneka bakso lainnya juga bisa ditemui di kedai kuliner yang baru dibuka pada 18 Maret lalu. Jenis bakso lainnya juga tidak kalah unik, seperti bakso pentol gede yang bulat simetris karena dicetak, bakso mangkuk yang dagingnya dibuat berbentuk mangkuk, bakso pentol marem yang berukuran tanggung dan bisa disantap satu orang, dan sebagainya. Seporsi bakso dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 10.000 per porsi.

"Kami memang ingin menyajikan menu bakso yang tidak biasa, jadi dibuat semenarik mungkin," ujar Windi Usman (49), pemilik Laba Laba Bakso And Kitchen, kepada Liputan6.com, Selasa (8/5/2018).

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 


Ide Muncul Ketika Melihat Merapi

Inovasi bakso menyerupai Gunung Merapi bisa dicicipi di Laba Laba Bakso And Kitchen Sleman

Menciptakan inovasi bakso Merapi tidak seperti menjentikkan jari tangan. Windi bersama dengan anak laki-laki sulungnya yang bernama Yngwhi Gebrielle Januaincha Wu membutuhkan waktu berbulan-bulan.

Windi bercerita pada 2003, ia pernah memiliki warung bakso. Namun, warung itu hanya beroperasi dua tahun karena dia kelelahan bekerja sendiri.

"Anak dan suami saya minta bagaimana kalau buka warung bakso lagi, lantas kami berpikir bakso apa yang unik," kata Windi.

Yngwhi meminta kepada ibunya untuk membuat bakso yang tidak biasa. Mereka sempat berpikir untuk membuat bakso berbentuk tumpeng, tetapi ternyata sudah ada.

Kemudian, tidak sengaja ia dan anaknya tidak sengaja melihat ke arah Gunung Merapi. Muncullah ide membuat bakso berbentuk Merapi.

 


Persiapan Berbulan-bulan

Inovasi bakso menyerupai Gunung Merapi bisa dicicipi di Laba Laba Bakso And Kitchen, Sleman.

Percobaan membuat bakso Merapi membutuhkan proses yang lumayan panjang. Setidaknya, sepuluh kali mereka mencoba membuat sampai menemukan komposisi yang pas.

"Mulai dari kurang kenyal, kebanyakan bumbu, tepung yang tidak pas, dan sebagainya," kata Windi.

Bakso Merapi juga dibuat dengan cetakan khusus. Windi menggunakan cetakan dari gerabah. Ia sengaja menggunakan cetakan berbahan gerabah karena aman untuk bahan makanan dan tidak beracun seperti jika memakai cetakan plastik.

Bakso Merapi dibuat dengan cara direbus. Persiapan dari mencetak sampai matang membutuhkan waktu satu jam.

"Untuk dijual, bakso selalu segar jadi ketika stok mulai menipis, karyawan di warung memberi kabar dan kami segera bikin yang baru," kata Windi.

Dalam satu hari, kedainya membutuhkan lima sampai 10 kilogram daging sapi kelas satu untuk memenuhi kebutuhan seluruh menu.

 


Filosofi Laba-Laba

Inovasi bakso menyerupai Gunung Merapi bisa dicicipi di Laba Laba Bakso And Kitchen, Sleman.

Kedai yang diberi nama Laba Laba ternyata memiliki tiga filosofi. Pertama, laba-laba merupakan akronim dari lancar dan barokah yang berarti doa serta harapan untuk usahanya.

Kedua, laba-laba berarti untung dan ia ingin kedainya saling menguntungkan antara produsen dan konsumen.

Ketiga, laba-laba merupakan jenis hewan yang bisa mendatangkan makanannya sendiri. Artinya, ia ingin usahanya juga mendatangkan rezeki.

Kunjungan harian di kedai ini jika dirata-rata memang belum mencapai 100 orang per hari. Namun, sering kali orang memesan tempat untuk acara keluarga atau pertemuan.

Kedai ini memiliki luas 283 meter persegi. Pembeli bisa memilih untuk duduk di kursi atau lesehan.

"Pada bulan puasa nanti kami tetap buka, mulai dari pukul 12.00 sampai 04.00 WIB, untuk persiapan buka puasa dan sahur," tuturnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya