Liputan6.com, Pomalaa - PT Aneka Tambang Tbk atau Antam memiliki tambang nikel dan fasilitas pengolahan dan mineral atau smelter nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Dari fasilitas tersebut, menghasilkan produk feronikel sebagai bahan baku stainless steel.
Deputy Manager Unit Bisnis Pertambangan Nikel Antam Sulawesi Tenggara Nilus Rahmat mengatakan, Antam mengelola tambang nikel di Pomalaa sejak 1968, dengan mengakusisi wilayah pertambangan yang sudah beroperasi.
Baca Juga
Advertisement
Dengan luas area tambang lebih dari 6 ribu hektare (ha), saat ini tambang tersebut menghasilkan bijih nikel dengan kadar rendah di bawah 1,8 persen. Tahun ini ditargetkan berproduksi 3 juta ton. Sedangkan bijih nikel dengan kadar di atas 1,8 persen sebanyak 650 ribu ton.
"Tambang nikel Pomalaa menghasilkan bijih nikel dengan grade rendah di bawah 1,8 persen dan tinggi di atas 1,8 persen," kata Nilus saat ditemui di Kantor Unit Bisnis Pertambangan Nikel Antam Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018).
Kapasitas 15 Ribu Ton Nikel
Nikel kualitas tinggi dikelola Antam pada smelter yang letaknya menjadi satu dengan lokasi pertambangan. Smelter tersebut mulai beroperasi pada 1976, kemudian mengalami pengembangan. Saat ini kapasitas produksinya mencapai 15 ribu ton nikel dalam feronikel (TNi).
Bijih nikel terdiri dari tanah dan batuan diangkut dari tambang ke tempat penampungan, kemudian dilakukan pemilahan, serangkaian proses teknis dilakukan bijih nikel tersebut berubah menjadi feronikel.
Advertisement
Feronikel Diekspor ke Berbagai Negara
ANTAM mencatatkan peningkatan volume produksi feronikel sebesar 107 persen atau 6.088 ton nikel dalam feronikel (TNi), dibandingkan capaian kuartal pertama 2017.
Feronikel yang menjadi bahan baku stainless steel tersebut saat ini diekspor ke Korea Selatan 43 persen, India 23 persen dan China 23 persen. Sebelumnya, hasil dari pemurnian bijih nikel tersebut juga diekspor ke Eropa.