Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia naik lebih dari 3 persen dipicu keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran. Ini sebuah langkah yang mendorong pasar ekuitas dan saham perusahaan migas seperti Exxon Mobil, Chevron dan lainnya.
Kontrak untuk Brent, patokan minyak mentah global, dan mitra AS naik ke level tertinggi sejak November 2014, setelah Trump membatalkan kesepakatan dan mengumumkan tingkat tertinggi bagi sanksi terhadap Iran.
Baca Juga
Advertisement
Tindakan Trump meningkatkan risiko konflik di Timur Tengah dan menimbulkan ketidakpastian atas pasokan minyak di pasar yang sudah ketat.
Melansir laman Reuters, Kamis (10/5/2018), harga minyak mentah AS naik USD 2,08 menjadi USD 71,14 per barel dan harga minyak Brent ditutup naik USD 2,36 pada USD 77,21 per barel.
Sektor energi di pasar ekuitas terus melaju, membantu mengangkat pasar saham. “Ini memimpin pasar pada hari ini. Sangat luar biasa hampir semua sektor lainnya terdampak pada tindakan (AS) saat ini,” kata Michael Arone, Kepala Strategi Investasi State Street Global Advisors di Boston.
Saham Exxon Mobil (XOM.N) ditutup naik 2,36 persen, Chevron (CVX.N) naik 1,70 persen, Royal Dutch Shell (RDSb.L) bertambah 3,38 persen dan BP (BP.L) naik 3,92 persen.
"Harga minyak mentah telah naik selama 12 bulan terakhir, stok energi pada dasarnya tidak ada, yang membantu keuntungan mereka pada hari Rabu," Arone melanjutkan.
Minyak mentah AS melonjak 46 persen sejak akhir Maret 2017. Sementara sektor energi pada indeks S&P naik 9,2 persen selama periode tersebut. Sejauh ini, indeks energi ini naik 12,5 persen.
"Sekarang kami mulai melihat celah itu mendekat, jadi ini bisa menjadi sedikit laju untuk jangka pendek pada sektor energi," dia menjelaskan.
Harga Minyak Sehari Sebelumnya
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memilih waktu tak pasti untuk menindak Iran, produsen minyak terbesar kelima di dunia. Trump memutuskan keluar dari kesepakatan nuklir Iran dan menjatuhkan sanksi “kuat” terhadap negara OPEC.
Di sisi lain, pasokan minyak global sudah semakin ketat sebelum Trump ambil keputusan. Mengutip laman CNN Money, Rabu (9/5/2018), pelaku usaha di industri energi mengatakan sikap keras Trump terhadap Iran mungkin akan menjaga harga minyak dan bensin lebih tinggi dari pada yang seharusnya.
Iran meningkatkan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari usai sanksi dicabut pada awal 2016. Setidaknya pasokan itu sudah ditarik dari pasar pada saat harga minyak sudah naik karena pemotongan produksi oleh OPEC dan Rusia. Hal ini ditambah ketidakstabilan di Venezuela.
Baca Juga
CEO Canary LLC, perusahaan jasa ladang minyak, Dan Eberhart, menuturkan bahwa penarikan dari kesepakatan nuklir Iran akan dukung harga minyak lebih tinggi. Harga minyak melonjak dalam beberapa pekan terakhir karena pelaku pasar mengantisipasi langkah Trump.
Harga minyak menembus USD 70 per barel pada pekan ini untuk pertama kali dalam hampir empat tahun. Beberapa jam sebelum pengumuman Trump, pemerintahan federal perkirakan harga minyak akan menjadi rata-rata USD 65,58 per barel.
Harga minyak turun lebih dari 1 persen pada Selasa waktu setempat. Namun, penurunan terpangkas usai Trump menegaskan akan mundur dari kesepakatan Iran.
Mengutip Reuters, pada Rabu, 9 Mei 2018, harga minyak mentah AS naik USD 1,67 ke level USD 69,06 per barel dan harga minyak Brent yang merupakan patokan dunia naik USD 1,32 ke level USD 74,85 per barel.
Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak terus tertekan karena adanya sedikit keraguan di pasar apakah Presiden Trump akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran seperti yang diharapkan.
Usai Presiden Trump menyatakan bahwa AS tetap memberikan sanksi ekonomi terhadap Iran, harga minyak kembali berubah ke zona positif.
"Pengumuman Trump telah ditunggu-tunggu pasar selama ini, maka kami melihat dengan adanya kepastian tersebut memberikan udara segar sehingga harga minyak naik," jelas Direktur Riset ClipperData, Matt Smith.
Tidak ada yang tahu seberapa tinggi harga bahan bakar minyak. Namun, ada sejumlah faktor yang akan pengaruhi termasuk berapa banyak minyak mentah Iran yang akan dibatasi sebagai sanksi, dan apakah produsen besar lainnya seperti Amerika Serikat (AS) akan mengisi kekosongan pasokan minyak tersebut.
Selain itu, hal lain yang jadi pertanyaan apakah ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat setelah AS meninggalkan kesepakatan Iran? Ketakutan geopolitik meningkat di Timur Tengah sering menaikkan harga minyak.
“Geopolitik tenang dalam tiga hingga empat tahun yang berdampak pada harga minyak berakhir,” ujar Eberhart Canary.
Advertisement