Liputan6.com, Jakarta Selama lima tahun terakhir, Pemerintah Norwegia telah mendukung pengelolaan sampah di Banyuwangi. Pemerintah Norwegia mengapresiasi komitmen Pemkab Banyuwangi, yang dinilai cukup kuat menggerakkan seluruh elemen dalam penanganan persampahan.
Advertisement
Duta Besar Norwegia, Rut Kruger Giverin, mengaku bangga bisa menjadi mitra Banyuwangi karena perkembangan program kerjasama pengolahan sampah berjalan baik.
“Saya sangat mengapresiasi komitmen Ibu Bupati dan jajarannya. Mereka menggerakkan banyak pihak untuk ikut terlibat dalam menyelesaikan masalah sampah. Mereka semua mau mengambil peran, sehingga sistem di sini bisa jalan,” kata Rut yang secara khusus menemui Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, di Banyuwangi, Jumat (15/9/2023).
Kerjasama Norwegia dan Banyuwangi berjalan sekitar 5 tahun. Awalnya melalui Project Stop (Stop Ocean Plastics), pemerintah Norwegia bersama korporasi Borealis dari Austria mendukung NGO Systemiq Lestari Indonesia, melakukan pendampingan masyarakat Kecamatan Muncar dalam pengelolaan dan pengendalian sampah untuk mencegah sampah masuk ke laut.
Kini melalui program Banyuwangi Hijau, program tersebut diperluas cakupannya ke kecamatan lain dengan membangun Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) di Desa Balak, Kecamatan Songgon.
TPS ini memiliki kapasitas mengolah sampah hingga 84 ton per hari, atau diperkirakan mampu memproses sampah yang dihasilkan oleh 250 ribu populasi atau sekitar 54 ribu rumah tangga per harinya.
Saat ini pembangunan TPS 3R Balak sudah mencapai 100 persen dan dijawalkan akan diresmikan, besok Sabtu (16/9/2023).
“Saya sangat senang semuanya selesai tepat waktu, dan banyak elemen yang terlibat dalam penanganan persampahan. Termasuk warga desa setempat dimana program-program kami dijalankan dan mendapat sambutan baik," kata Rut.
“Keterlibatan masyarakat inilah yang menjadi kunci keberhasilan program. Bukan hanya pemerintah atau masyarakat saja yang bergerak, tapi semua bergotong royong, bekerja bersama,” tambahya.
TPS Balak dibangun di atas lahan seluas 1,5 hektare di Desa Balak, Kecamatan Songgon, yang nantinya akan menjangkau 33 desa di enam kecamatan. Yakni Songgon, Rogojampi, Kabat, Sempu, Genteng, dan Singojuruh.
Selain Banyuwangi Hijau dan Project Stop, Pemerintah Norwegia juga mendukung penanganan sampah di Banyuwangi melalui program Clean Ocean through Clean Communities (CLOCC).
CLOCC merupakan program dari Avfall Norge (Asosiasi persampahan Norwegia) yang bekerjasama dengan Indonesia Solid Waste Assosiation (InSWA) untuk menyusun masterplan persampahan di Kabupaten Banyuwangi.
Dalam program ini, ada 14 desa yang ditunjuk sebagai pilot project. Di antaranya, Kebondalem, Tamansari, Genteng Kulon, Genteng Wetan, Glagah, dan Setail. Desa-desa tersebut mendapatkan pendampingan dalam hal pengelolaan sampah.
Bupati Ipuk mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan dukungan Pemerintah Norwegia terkait penanganan sampah di Banyuwangi.
"Terima kasih kepada pemerintah Norwegia yang telah mendukung dan menginspirasi kami. Mudah-mudahan kerjasama ini bisa terus berlanjut," kata Ipuk.
Menurut Ipuk, penanganan persampahan ini sangat penting karena bisa berdampak pada banyak sektor.
“Kebersihan adalah bagian dari daya tarik wisata. Dukungan Pemerintah Norwegia ini, harapannya bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke Banyuwangi. Yang pastinya akan berdampak pula pada peningkatan ekonomi warga kami,” ujar Ipuk.
(*)