Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan butuh waktu hingga tujuh tahun membuat Sungai Citarum kembali bersih seperti dulu.
Perbaikan tersebut melibatkan banyak pihak mulai dari kementerian, pemerintah daerah, lembaga, hingga universitas. Saat ini proses sudah berjalan dan mengalami kemajuan yang signifikan.
"Ini ada beberapa progress dari Citarum ini. Paling jelas adalah kerja sama Dikti dengan Menko Maritim dan kementerian lain. Ini kami bagi 22 sektor. Dari 22 sektor itu, maka kita membagi tiga sector untuk universitas. Hulu, Tengah dan Hilir. Ada, 6 Universitas," kata Menko Luhut Binsar Pandjaitan, dalam acara Afternoon Tea, di kantornya, Jumat (11/5/2018).
Baca Juga
Advertisement
Luhut menjelaskan, salah satu upaya perbaikan Sungai Citarum adalah dengan mengembangkan kultur jaringan pohon untuk lima tahun ke depan serta penerapan teknologi pembersihan air.
"Kami harus pakai kultur jaringan yang disiapkan oleh Dikti, ada tempat pembibitan kopi. Kedua, masalah pembersihan air. Di hulu, di Cisanti, itu sudah dicoba menggunakan teknologi pembersihan air," ujar dia.
Sebelumnya, di beberapa titik sungai air sudah layak minum dengan teknologi dari universitas IPB dan ITB. "Tapi ini belum selesai masalah. Kalau hujan, jatuh lagi sampahnya,” kata dia.
Selanjutnya
Dalam kesempatan sama, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI (Menristekdikti), Muhammad Nasir mengatakan telah melibatkan banyak perguruan tinggi di Jawa Barat dan DKI Jakarta dalam proses pembersihan Sungai Citarum.
"Kami bagi atas dasar panjangnya sungai yang dilewati untuk sungai Citarum ini. Kami bagi, hulu, tengah dan hilir. Ini masalahnya beda - beda. Hulu di konservasi alam, soal penggudulan hutan. Akibatnya, limbah di sungai jadi tumpukan, abrasi terjadi. IPB dan Unpad ngerjain ini," ujarnya.
Sementara itu, di bagian tengah sungai yang ditugaskan adalah UPI dan ITB dengan masalah yang dihadapai adalah masalah lingkungan dimana banyak industri pabrik yang membuang limbahny ke sungai Citarum.
"Lalu di Hilir, yang kami tugaskan UI dan UNJ."
Dia mengungkapkan, permasalahan besar yang terjadi di 22 sektor adalah sampah. Saat ini, sudah ada insenerator untuk pembakaran sampah.
"Teknologinya ada cukup baik, kalau ini dipergunakan, ini ada tiga yang dihasilkan. Polusi udara ditangkap oleh system, recycling dengan air. Airnya bisa dimanfaatkan pupuk cair organic. Ini hasil cyclingnya asap,” ujar dia.
"Lalu, kedua, dari hasil proses, nanti ada cairan yang sangat kental sekali itu jadi pupuk pestida. Bakaran abu, bisa jadi pupuk granul. Ini bisa buat penanaman. Pupuk cair organik bisa jadi pembasmi hama, dan penyuburan tanaman. Pupuk organic cair ini masih kita kembangkan penelitiannya, apakah ini tidak akan nada masalah,” tambah dia.
Selain itu, saat ini sudah ada beberapa titik yang airnya sudah layak minum.
"Tadinya airnya tidak bisa dipakai, sekarang layak minum. Tapi kalau dari industri tidak dicegah (buang limbah), terlalu berat untuk ini. Sungai Citarum semoga 7 tahun bisa selesai. 2 Tahun paling tidak harus signifikan,” kata dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement