Aksi Teatrikal Seniman Garut untuk Polisi Korban Kerusuhan Mako Bimob

Sejumlah seniman yang tergabung dalam komunitas seni Saung Yafata, Garut, Jawa Barat, menggelar aksi teatrikal cinta di Bundaran Simpang Lima, siang kemarin. Aksi mereka sebagai bentuk simpatik bagi polisi korban kerusuhan mako brimob, Depok, Rabu lalu.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 12 Mei 2018, 17:38 WIB
aksi teatrikal bagi korban mako brimob (liputan6.com/jayadi supriadin)

Liputan6.com, Garut - Sejumlah seniman yang tergabung dalam komunitas seni Saung Yafata, Garut, Jawa Barat, menggelar aksi teatrikal cinta di Bundaran Simpang Lima, siang kemarin. Aksi mereka sebagai bentuk simpatik bagi polisi korban kerusuhan mako brimob, Depok, Rabu lalu. Garut

MS Gumilang, penggagas kegiatan tersebut mengaku, aksi tersebut dilakukan secara spontan sebagai bentuk belasungkawa masyarakat Garut, terhadap para polisi korban kerusuhan yang terjadi di markas utama brigade mobil (brimob) polisi tersebut.

“Kita juga ingin mengingatkan bahwa tugas aparat kepolisian itu tidak mudah, karena ternyata mereka harus bertaruh nyawa demi menjaga perdamaian di Indonesia,” ujarnya, kemarin.

Dalam aksinya, Ia bersama tiga rekannya dari komunitas yang sama sengaja menggelar tikar berikut bantal gulingnya di tengah jalan protokol kabupaten Garut itu. Satu anggota memilih tidur di atas lipan itu, sedangkan dua anggota lainnya memilih asik dengan kesibukannya masing-masing.

Aksi itu ujar dia, sebagai bentuk protes atas sikap skeptis atau acuh tak acuh dari sebagian masyarakat terhadap jasa polisi, padahal jasa mereka tidak sedikit bagi negara dengan rela bertaruhkan nyawa sekalipun.

“Tidak sedikit rasanya masyarakat yang masih menggap sebelah mata pada profesi polisi padahal ternyata memberikan hal yang sangat dirasakan yakni keamanan,” kata dia.

 

Bahkan dengan aksi itu ujar Acuy panggilan akrab Gumilang, ia bersama komunitas ingin mengajak masyarakat membangun keasadaran bersama, bahwa peran polisi sangat penting bagi masyarakat.

“Kan masih banyak yang beranggapan bahwa menjadi seorang polisi itu pekerjaanya hanya menerima gaji semata. Padahal resiko mereka besar sekali,” ungkap dia.

Selain itu, dengan adanya aksi tersebut, mampu menggugah simpati masyarakat Garut agar menghargai profesi polisi dan TNI, sebagia satu satu bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Jangan hanya melihat negatifnya saja, mari kita berdoa agar korban polisi yang gugur diterima di sisi Allah,” kata dia.

Selain berbaring tidur, para seniman sempat mamasangkan sejumlah bunga di sekeliling mereka sebagai simbol penghargaan kepada kepolisian. Bahkan diakhir aksinya, para seniman sengaja menggelar ngaji Yasin bersama aparat polisi yang berjaga, untuk mendoakan anggota polisi yang gugur dalam kerusuhan itu.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya