Indonesia Bisa Lebih Maju dari Singapura dan Tiongkok Berkat Blockchain

Dengan blockchain, Sekretaris Jendral Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI), optimistis Indonesia mampu melewati Singapura bahkan Tiongkok.

oleh Iskandar diperbarui 12 Mei 2018, 11:00 WIB
Pandu Sastrowardoyo, Sekretaris Jendral ABI yang juga merupakan Chairwoman Blockchain Zoo. Dok: ABI

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi blockchain di Indonesia cukup mendapat respons positif, kendati awalnya dianggap sebagai ancaman industri dan stabilitas sistem keuangan. Saat ini teknologi yang mengadopsi sistem terdesentralisasi tersebut justru didaulat sebagai teknologi industri masa depan.

Bahkan, salah satu perusahaan pengembangan teknologi blockchain Indonesia ‘Blockchain Zoo’ menjadi perusahaan IT Consultant pertama di ASEAN yang masuk dalam daftar ‘Gartner’.

Menanggapi sejauh mana peran teknologi blockchain di Indonesia, Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) menggelar forum bertajuk ‘Block Jakarta'.

Pandu Sastrowardoyo selaku Sekretaris Jendral ABI yang juga merupakan Chairwoman Blockchain Zoo mengklaim bahwa teknologi blockchain sangat bermanfaat dan bisa membuat lembaga atau instansi di Indonesia dapat bersinergi dengan baik. Bahkan bisa mengalahkan sistem pemerintah Singapur dan Tiongkok.

“Teknologi blockchain bisa membuat lembaga atau instansi dapat bekerjasama dengan baik. Bayangkan jika teknologi ini juga disinergikan dengan sektor pemerintahan yang melibatkan banyak pihak dan banyak agenda, tentunya akan sangat bermanfaat," kata Pandu di forum Block Jakarta, baru-baru ini.

Ia pun membandingkan Singapura dengan Indonesia terkait sistem otonomi daerah di kedua negara. Otonomi daerah di Indonesia yang bergerak masing-masing dimungkinkan bisa berjalan bersamaan berkat teknologi blockchain.

“Berbeda dengan Singapura, Indonesia memiliki otonomi daerah sendiri-sendiri, dan semuanya punya keinginan untuk menjadi lebih baik namun sulit untuk bekerjasama dengan sentralisasi data sistem IT saat ini. Dengan teknologi blockchain, hal tersebut tentunya dapat diatasi,“ papar wanita jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.

Di sisi lain, Pandu melanjutkan, Indonesia masih belum banyak mempunyai sistem baku, seperti rumah sakit yang data-datanya tersentralisasi di pemerintahan. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya kebutuhan teknologi untuk hal tersebut dan sistem desentralisasi atau otonomi daerah tadi.

"Itulah mengapa kami menanganggap teknologi blockchain sangat diperlukan sektor pemerintahan. Dengan blockchain, saya optimistis Indonesia mampu melewati Singapura bahkan Tiongkok,” pungkasnya.

 

 


Apa Itu Blockchain?

Ilustrasi Blockchain. Dok: catalysts.cc

Blockchain dikembangkan bersamaan dengan kelahiran Bitcoin pada 2009. Sederhananya teknologi ini adalah buku besar atau basis data global yang bisa digunakan siapa pun secara online.

Menariknya, blockchain beroperasi secara independen alias tak dimiliki oleh lembaga atau perusahaan tertentu. Hal inilah yang membuat blockchain lebih transparan karena bisa diakses oleh siapa saja.

Layaknya buku kas induk di sebuah bank, blockchain juga merekam semua transaksi yang dilakukan seluruh pengguna. Bedanya semua transaksi di Blockchain bisa dilihat oleh semua pengguna, sedangkan buku kas induk hanya bisa dilihat oleh pihak bank.

Hal tersebut memungkinkan karena semua informasi di blockchain tersimpan di seluruh jaringan pengguna. Informasi yang terkumpul juga didistribusikan ke semua pengguna.

Blockchain mengadopsi sistem terdesentralisasi sehingga lebih efisien. Misalnya, ketika kamu membeli bitcoin, sistem komputer yang terhubung jaringan blockchain akan mencatat dan memberikan validitas secara otomatis.

Alhasil, prosesnya menjadi lebih cepat, terjangkau, mudah, dan minim kesalahan.

(Isk/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya