13-5-1958: Penyerangan Wakil Presiden AS di Venezuela

Segerombolan massa datang menghadang dan menyerang mobil Wakil Presiden AS kala itu, Richard Nixon. Sebelumnya ia menerima ancaman.

oleh Rasheed Gunawan diperbarui 13 Mei 2018, 06:00 WIB
Wakil Presiden AS, Richard Nixon. (AP)

Liputan6.com, Caracas - Setiap pejabat tinggi negara, terutama di level Presiden dan Wakil Presiden selalu mendapat pengawalan ketat, karena mereka yang menjabat pada posisi tersebut biasanya mendapat ancaman dari pihak-pihak yang tak mendukung kebijakan pemerintah atau tidak suka, hingga berujung pada penyerangan pada tokoh tersebut.

Seperti Today in History kutip dari History.com, salah satu penyerangan terhadap pejabat negara pernah menimpa Wakil Presiden Amerika Serikat Richard Nixon di Venezuela pada 13 Mei 1958, tepat 63 tahun silam. Saat itu, Nixon tengah melakukan lawatan ke negara-negara Amerika Latin. Hubungan Amerika Serikat dengan negara Latin tengah dalam kondisi kurang baik atas sikap AS yang antikomunis di tengah masa perang dingin dengan Uni Soviet.

Maka tak pelak, Nixon mendapat ancaman dan serangan.

Nixon dan rombongannya ketika itu tengah melintas jalan di Caracas, Venezuela. Tiba-tiba segerombolan massa datang menghadang dan menyerang mobil Wakil Presiden. Massa melempar barang ke mobil Nixon hingga kaca pecah. Sementara, para agen Secret Service mencoba menghadang melindungi sang wakil presiden Amerika Serikat itu.

Para massa geram sambil meneriakkan slogan Anti Amerika ke arah Nixon. Beberapa menit kemudian, Nixon dan rombongan berhasil pergi dengan selamat meninggalkan massa. Di Washington, Presiden AS Eishenhower memerintahan tentara AS untuk menjemput Nixon di kawasan Karibian. Nixon pulang dari kunjungan Venezuela lebih awal dari seharusnya.

Sebelumnya kunjungan Nixon di Peru dan Uruguay mendapat sambutan kritis dari para mahasiswa di kedua negara latin tersebut. Dalam sambutan terbuka Nixon, mahasiswa Peru dan Uruguay mengkritik dan mengajak debak Nixon atas kebijakan AS yang mendukung negara latin yang anti komunis dan memutus hubungan dengan negara lain yang pro komunis.

Para mahasiswa juga berharap Pemerintah Amerika Serikat bisa memberikan bantuan ekonomi dan politik kepada negeri mereka, alih-alih pilih kasih hanya mendukung negara Latin yang anti komunis saja.

Sejak mendapat reaksi keras, Pemerintah AS memutuskan untuk memberikan bantuan militer dan ekonomi kepada dari negara Amerika Latin tersebut. Kendati demikian, ketidaksukaan Amerika Latih terhadap AS tetap terjadi, terutama sejak kenaikan Fide Castro di Kuba.

Sejarah lain mencatat pada 13 Mei 1969, terjadi kerusuhan rasial Tionghoa-Melayu di Kuala Lumpur, Malaysia, menyebabkan sedikitnya 184 meninggal. Kemudian 13 Mei 1981, Paus Yohanes Paulus II ditembak dan mengalami luka serius di Lapangan Santo Petrus, Vatikan.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya