Liputan6.com, Jakarta Polri meminta doa dan dukungan dari masyarakat usai tragedi berdarah di Mako Brimob pada Selasa 8 Mei 2018. Di depan RS Bayangkara terpasang spanduk panjang berwarna putih lengkap dengan foto 5 anggota polisi yang jadi korban keganasan narapidana terorisme.
Spanduk itu bertuliskan 'Doa dan Dukungan' dan tagar #DukaKamiPahlawan dan di bagian sebelah kanan spanduk terdapat logo brimob dan Polri serta tagar #KamiTidakTakurTeroris.
Advertisement
Iis (39) warga Condet, Jakarta Timur, orang pertama yang tanda tangan di spanduk itu merasa perihatin atas kejadian tersebut. Dirinya menyebut Islam tak mengajarkan kekerasan seperti apa yang dilakukan oleh para teroris.
"Sebenarnya masalahnya ini kan Islam itu mengajarkan untuk kebaikan, kalau misalnya ini kemungkinan ada salah paham tapi semacam ada provokator," kata Iis di Depok, Jawa Barat, Sabtu (12/5/2018).
Dia berharap para teroris yang membuat kerusuhan di Mako Brimob mendapat hukuman setimpal.
"Saya berharap supaya ini ditindak seadil-adilnya, karena Polri harus mempersatukan NKRI. Islam tidak mengajarkan seperti itu karena islam mengajarkan kedamaian," ujarnya.
Tak Takut
Iis mengaku tak takut dengan terorisme. Dia percaya TNI/Polri dapat menjaga kesatuan NKRI. Dirinya juga ingin agar masyarakat tak gampang termakan hoax.
"Kalau pun dianggap teroris itu dianggap benar, tapi Islam tidak mengajarkan seperti itu," tandasnya.
Lima anggota Polri yang meninggal dunia saat peristiwa berdarah itu yakni Iptu Luar Biasa Anumerta Yudi Rospuji, Aipda Luar Biasa Anumerta Denny Setiadi, Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas, Briptu Luar Biasa Anumerta Syukron Fadhli dan Briptu Luar Biasa Anumerta Fandy Nugroho. Sedangkan Bripka Mahrum Prencje tewas pada Kamis (10/5) malam.
Beberapa hari mulai dari insiden kerusuhan itu, Jalan sekitar Mako Brimob atau Komjen Pol M Yasin dialihkan ke Jalan Nusantara dari arah Jalan Margonda Raya dan Jalan Timah dari arah Jalan Raya Bogor.
Advertisement