Liputan6.com, Jakarta - Dalam ajang World Post Graduate Expo 2018, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir berbagi cerita tentang konsep-konsep teknologi yang semakin penting perannya di pendidikan Indonesia.
Yang bisa dibilang paling menarik adalah kehadiran Cyber Institute di Indonesia yang menggandeng universitas-universitas Indonesia saat mereka menjalankan program kuliah yang bersifat e-learning.
Baca Juga Advertisement
"Pada Cyber Institute itu semua kampus akan mengadakan kuliah daring, mata kuliah daring, per subjek. Dari mata kuliah, ada 16 kali tatap muka, setiap tatap muka materinya seperti apa, sistem pembelajarannya seperti apa, ini semua harus diakreditasi," ujar Nasir, Sabtu (12/5/2018) sore di Jakarta.
Apabila ada universitas yang nekat melakukan pembelajaran online tanpa melalui Cyber Institute, maka credit point-nya tidak akan diakui.
"Dari online itu dites, dicek oleh kementerian. Bila oke, accepted atau accredited, baru bisa menerima mahasiswa," imbuhnya.
Kemenristekdikti memang memiliki tim penjamin mutu (quality assurance team) untuk melakukan pengujian pada mata kuliah yang ingin ditawarkan pihak universitas.
Bila dianalogikan, Cyber Institute ini dapat dianggap penyaring agar rangkaian perkuliahan online tetap memiliki mutu yang terjaga.
"Ya, ini saringan kepada semua mata kuliah yang akan melakukan daring. Jadi, bila tidak dapat rekomendasi dari Cyber Institute, berarti tidak bisa. Bila kami sebagai evaluator sudah oke, baru mereka bisa berjalan," jelas Nasir.
Kehadiran Cyber Institute amatlah diperlukan, sebab saat ini e-learning memang mulai merambah di Indonesia. Dengan adanya Cyber Institute, diharapkan ada regulasi yang jelas agar para mahasiswa tidak 'kecele' ketika belajar secara online.
Hadirnya Sistem SPADA
Cyber Institute dapat menjadi penjamin kualitas dari program SPADA (Sistem Pembelajaran Daring) yang menjadi salah satu inovasi digital dari Kemenristekdikti. Lantas, apa sebetulnya fungsi program itu?
"Ini mahasiswa bisa ambil mata kuliah (matkul) perguruan tinggi X, padahal sebetulnya dari perguruan tinggi Y. Nanti belajar online, dan dapat kredit (SKS) yang bisa ditransfer ke perguruan tinggi asal," ucap Kasi PJJ Kemenristedikti Uwes Chaeruman kepada Tekno Liputan6.com di ajang World Post Graduate Expo 2018 di Jakarta.
Dari segi biaya pun, SPADA dapat dipakai gratis karena itu adalah bagian dari fasilitas negara, tetapi akan ada biaya SKS bagi mahasiswa yang ingin mengambil mata kuliah di universitas yang dituju.
Namun, Menrisktekdikti menjelaskan bahwa dari segi biaya program e-learning di SPADA tidak akan terlalu mahal, karena bila mahal pun, mahasiswa tidak akan tertarik.
"Kalau dia (pihak universitas) jual dengan harga mahal, maka akan berlaku konsep supply dan demand. Kalau face-to-face lebih murah dan e-learning lebih mahal, maka enggak lakulah barang itu. Itu konsep pasar," terang Nasir.
Mata kuliah yang hadir di SPADA juga termasuk yang akan diuji mutunya oleh Cyber Institute sebelum ditawarkan ke para mahasiswa.
(Tom/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini.
Advertisement