Liputan6.com, Yogyakarta - Top 3 news hari ini, letusan freatik Gunung Merapi di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jumat, 11 Mei kemarin tidak membuat Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono menetapkannya sebagai status siaga darurat.
Apa alasan Sri Sultan?
Advertisement
Menurutnya, selain tidak ada informasi dari dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Sri Sultan yakin masyarakat Yogyakarta sudah berpengalaman menghadapi dampak letusan freatik dari Gunung Merapi.
Kabar lainnya yang tak kalah disorot pembaca Liputan6.com, tentang kemenangan Mahathir Mohamad yang terpilih menjadi Perdana Menteri Malaysia.
Kemenangan kubu oposisi di Pemilu Malaysia, dinilai bisa menjadi rujukan di Indonesia dalam Pemilu Serentak 2019 nanti.
Namun, hal ini dibantah oleh Wakil Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Achmad Baidowi. Pria yang akrab disapa Awiek ini menegaskan, aspek sosiokultural politik Malaysia dan Indonesia berbeda.
Mereka bisa menang karena pemerintahan Najib Razak dikaitkan dengan skandal korupsi.
Bagi Awiek, tak ada ancaman serius bagi Jokowi dari pihak oposisi pada Pemilu 2019, seperti yang terjadi di Malaysia.
Berikut berita terpopuler dalam Top 3 News Hari Ini:
1. Alasan Sultan Yogya Tidak Tetapkan Status Siaga Letusan Gunung Merapi
Asap tebal dari abu vulkanik Gunung Merapi yang menyelimuti Kota Yogyakarta setinggi 5,5 kilometer, Jumat pagi, 11 Mei 2018 membuat warga panik.
Suhu udara di puncak gunung mencapai 80-90 derajat Celsius sejak terpantau muncul, pada pukul 07.40 WIB.
Letusan freatik yang terjadi di Gunung Merapi dipicu oleh tekanan akumulasi gas dan uap air yang mendorong material vulkanik sisa erupsi 2010.
Meski begitu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono tidak menetapkan status siaga darurat. Apa pertimbangannya?
2. PPP Sebut Kemenangan Oposisi Malaysia Tak Bisa Jadi Gambaran di Indonesia
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Achmad Baidowi menilai kemenangan Mahathir Mohamad yang berasal dari kubu oposisi di Pemilu Malaysia tidak bisa dijadikan rujukan di Indonesia. Menurutnya, aspek sosiokultural politik Malaysia dan Indonesia berbeda.
Kalahnya Najib Razak dan Barisan Nasional sebagai petahana dikarenakan adanya dua kekuataan besar oposisi yang berkoalisi, yakni Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim.
Awiek pun mempertanyakan sosok 'Mahathir'-nya Indonesia yang mampu menumbangkan calon presiden petahana Joko Widodo di Pemilu Serentak 2019.
"Nah di Indonesia siapa Mahathir Mohamad-nya? Amien rais? Darimana mengukurnya. Beliau tokoh senior, tapi kalau ada yang memadankan Mahathir dengan Amien Rais darimana ngukurnya?," klaimnya.
3. Teror di Mako Brimob Belum Berakhir?
Peristiwa nahas yang menimpa anggota polisi di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat belum berakhir. Satu anggota yang berjaga di markas Brimob ini kembali menjadi korban.
Bripka Marhum Prencje meninggal akibat ditikam orang tak dikenal pada Jumat 11 Mei 2018 dini hari sekitar pukul 02.29 WIB.
Sebelum penusukan terjadi, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan, saat itu Bripka Marhum Prencje melihat orang tak dikenal mengamati penjagaan Mako Brimob selama lebih dari 2 jam.
Bripka Marhum bersama tiga rekannya sempat menggeledah TS. Akan tetapi tidak ditemukan apa-apa.
"Kemudian yang bersangkutan dibawa ke kantor, ke salah satu ruangan tadi, menggunakan sepeda motor. Setibanya di kantor, dan akan masuk di salah satu ruangan, tiba-tiba orang yang mengaku TS tadi mengeluarkan pisau, yang ternyata disimpan di bawah alat kemaluan," ungkap Setyo.