Ragam Makanan Tradisional Sunda Khas Takjil Ramadan

Bulan Ramadan atau momen besar yang sangat ditunggu umat Islam seluruh dunia itu tinggal menunggu hitungan hari, kurang dari sepekan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 13 Mei 2018, 11:00 WIB
Sakoteng khas Garut siap menemani waktu berbuka puasa di bulan Ramadan. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Marhaban ya Ramadan, bulan suci umat Islam sebentar lagi akan menghampiri jutaan warga muslim di Garut, Jawa Barat dan muslim nusantara lainnya. Momen besar yang sangat ditunggu umat islam seluruh dunia itu, tinggal menunggu hitungan hari kurang dari sepekan.

Untuk menemani pembaca setia Liputan6.com, khusus awal bulan Ramadan 2018 atau 1439 Hijriah ini, kami akan menyajikan makanan khas sunda yang selalu menjadi menu utama takjil saat iftor atau waktu berbuka puasa tiba.

Ada beberapa makanan yang akan disajikan dalam tulisan secara berseri ini, sebagai bahan informasi bagi Anda.

Makanan apa saja yang tepat sebagai pembuka puasa Ramadan saat azan magrib berkumandang.

Yuk, simak beberapa jenis makanan tradisional khas Sunda saat Ramadan, terutama Garut berikut ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

 

 

 


Sakoteng

sakoteng garut (liputan6.com/jayadi supriadin)

Lain kota lain desa, penganan yang sama namun penamaan yang beda, makanan yang satu ini selalu menjadi menu andalan saat bulan Ramadan tiba. Khusus Garut, nama makanan yang berasal dari bahan dasar tepung kanji ini adalah sakoteng, bentuknya menyerupai jeli, lembut dan kenyal serta warna warni yang cerah menarik untuk disajikan.

Sedangkan tetangganya di Kota Kembang atau Bandung makanan yang satu ini namanya bubur pacar cina, istilah pacar atau kekasih dalam bahasa Sunda, konon karena jelinya yang berwarna menarik yang didominasi merah muda atau pink, merangsang orang untuk mengantri membeli layaknya orang mau pacaran.

Sementara di Jawa, nama lain makanan ini adalah bubur mutiara karena warnanya yang mengilap karena dibanjiri santan kental nan manis. Namun, apa pun itu namanya, makanan yang satu ini, memang menarik lidah Anda meler saat waktu iftor atau buka puasa tiba, karena campuran santan kental dan manis itu.

“Bisa disajikan hangat bisa juga dingin kalau mau ditambahin es, sama enaknya,” ujar Ade Saepuloh, 47 tahun, salah satu penjual makanan tradisional sunda khas ramdan saat ditemui Liputann6.com di pabriknya, Kampung Ciwalen, kelurahan Ciwalen, Garut Kota, kemarin.

Ade Gurandil sebutan beken di antara penjual makanan di kawasan Ceplak, kawasan khusus buat nyantap kuliner lezat di Garut, memang sudah lama menggeluti usaha makanan tradisonal ini. “Saya mulai sejak 30 tahun lalu atau sekitar 1988,” kata dia.

Ade menyatakan, bahan dasar yang digunakannya sama dengan yang lainnya, tepung kanji atau tapioka, gula putih, dan parutan kelapa untuk mendapatkan santan yang kental, sedangkan soal warna yang menarik, ia lebih suka menggunakan bahan pewarna makanan yang sudah teregistrasi BPOM. “Yang aman saja lah di toko kue juga banyak,” kata dia.

Sementara soal mengolah makanan, tidak ada yang aneh dan hampir sama dengan dengan daerah lainnya. “Setelah sagu diolah (dipanaskan) nanti ditiriskan, kemudian adonan dipecah-pecah sesuai ukuran,” kata dia.

Dengan rasa yang khas manis, gurih dengan jeli kenyal, tak mengherankan setiap hari ia mampu menjual 300 pecs seharga Rp 5.000 per pecs atau bungkus, sementara orderan saat Ramadan kata dia bisa naik hingga tiga kali lipat lebih.

"Kadang sampai 1000 lebih, tapi kita terkendala tenaga kerja dan ruangannya yang sempit, ujar dia menunjukan dapur pengolahannya.

Bagi Anda yang bosan dengan menu utama sakoteng yang hanya jeli dan santan kental manis, Anda bisa mencampurnya dengan variasi bahan lain mulai tambahan kolang kaling, roti atau bahkan bahan kenyal hasil fermentasi air kelapa, nata de coco.


Jiwel

jiwel garut (liputan6.com/jayadi supriadin)

Makanan tradisional Sunda lainnya yang tak kalah banyak peminat saat iftor tiba, yakni jiwel atau ciwel ireng, istilah orang Kebumen, Jawa Tengah menyebut.

Makanan ini berbahan dasar singkong, kemudian batang pohon padi kering yang nantinya akan menjadi pewarna hitam alami, kemudian dua bahan pelengkap lainnya, yakni serutan kelapa segar dan gula putih sebagai taburan khas kue yang satu ini.

Ade mengatakan, proses pembuatan makanan yang satu ini terbilang mudah, setelah bahan adonan singkong yang telah digiling siap diolah, lakukan pemanasan untuk memproses seluruh bahan, jangan lupa campurkan pewarna hitam yang diperoleh dari sisa pembakaran batang padi tadi, untuk mendapatkan warna hitam pekat. "Tidak ada campuran bahan kimia, saya jamin," kata dia.

Setelah adonan selesai diolah, kemudian kukus dan tiriskan beberapa saat hingga akhirnya diperoleh bahan jiwel siap potong. "Tinggal siapkan parutan kelapa dan gula putih untuk bahan pelengkap selanjutnya," Ade menambahkan.

Teksturnya yang lembut, kenyal memang menjadi salah satu ciri khas dari kue ini, komposisi ini semakin mencolok dengan warna dasar hitam yang diperoleh dari batang padi kering yang dibakar, menjadikannya makanan seolah berbahan dasar beras ketan hitam padahal bukan. "Agar rasanya empuk, pilih singkong yang baik supaya tidak pahit,” ujarnya.

Saat waktu iftor tiba, biasanya makanan ini lebih lezat jika dicampurkan dengan makanan yang lainnya, tidak hanya mengandalkan taburan parutan kelapa segar dan gula putih semata. “Pakai santan manis juga kalau suka enak," ujar dia memberi tips.

Disajikan dalam bentuk kering telah dipotong, Anda bisa mencicipi makanan yang satu ini seharga Rp 3.000 hingga Rp 5.000 per porsi. "Harga murah meriah bisa ditawar," ujar Ade, sebuah takaran nilai yang cukup terjangkau isi dompet anda saat buka puasa tiba.


Rakicak

rakicak makanan khas Garut (liputan6.com/jayadi supriadin)

Berbeda dengan dua makanan tradisonal Sunda khas iftor di atas yang menggunakan bahan dasar tepung tapioka atau kanji. Makanan yang satu ini justru menggunakan beras ketan.

Proses pembuatannya yang tidak jauh berbeda dengan pola menanak nasi sehari-hari di rumah, membuat makanan khas Sunda ini dengan gampang bisa dibuat siapa pun untuk persiapan iftor anda.

Berbahan dasar beras ketan, serutan kelapa, gula merah dan gula putih, hingga santan kental yang diperoleh dari kelapa tua siap panen.  Anda bisa melakukannya secara autodidak di rumah. Bahan ketan yang sudah dibersihkan, kemudian masukan dalam tungku pemasak untuk mendapatkan bahan yang diharapkan.

Setelah kering, kemudian tumbuk hingga rata agar mendapatkan adonan yang diharapkan. Jangan lupa siapkan adonan campuran gula aren, gula putih, dan parutan kelapa segar sebagai kuah kental bahan rakicak yang sudah disiapkan.

Dengan campuran bahan seperti itu, alangkah lebih baik makanan yang satu ini lebih enak jika disajikan dalam keadaan hangat. Selain mendapatkan sensasi kuah manis gula aren dan kepala, kondisi hangat akan menambah citara Rakicak saat disantap.

"Seperti makan ulen (beras ketan yang dibakar), namun ini pakai kuah gula aren dan kelapa," kata Ade menambahkan.

Bagi Anda yang kebetulan melintasi Garut, Jawa Barat, saat puasa Ramadan tiba, tidak ada salahnya berhenti sejenak untuk berbuka shaum sambil menikmati kuliner khas Sunda yang satu ini. "Harganya Cuma Rp 5.000 satu porsi atau satu bungkus yang sudah dikemas," kata Ade.

Ade menambahkan, upayanya mempertahankan makanan tradisional khas Garut saat ini, terutama saat Ramadan tiba, merupakan alasan utama tetap bertahan di tengah gemburan makanan instan di masyarakat. "Tapi ternyata responsnya baik dan sangat laku," ujarnya.

Silakan mencoba dan mencicipi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya