Voice of Baceprot Kritik Sistem Pendidikan dalam School Revolution

Pesan kritis tersirat dalam lagu School Revolution yang baru saja dirilis oleh band Voice of Baceprot.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 13 Mei 2018, 14:20 WIB
Voice of Baceprot. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Voice of Baceprot (VoB) merupakan nama yang sempat populer di kalangan warganet. Firdda Kurnia (vokal/gitar), Widi Rahmawati (bas) dan Euis Siti Aisyah (drum), memilih untuk mengembuskan lirik-lirik yang kritis dalam format musikal yang terdengar keras dan cadas.

Di saat cewek-cewek muda berhijab lebih banyak mengumbar senyum manisnya, musik menjadi medium band bentukan tahun 2014 ini untuk mengirim pesan-pesan cinta yang kritis. Kini "orasi" dari Voice of Baceprot hadir dalam format musikal yang lebih sempurna dibanding yang beredar di media sosial.

Voice of Baceprot memilih "School Revolution" sebagai tonggak mereka dalam mengarungi dunia musik secara profesional. Lagu bernuasa hip metal ini telah mengalami proses yang amat signifikan. Output mereka terdengar lebih matang. Lemahnya sistem sekolah serta ketidakadilan yang mencuat, menjadi tema utama lagu ini.

Voice of Baceprot memang tidak berorasi di depan sekolah sambil memprotes kebijakan yang mereka anggap kurang sesuai. Mereka memilihi medium harmoni menjadi media penyampaian pesan-pesan yang dianggap tak sesuai dengan hati nurani. "School Revolution" pun setidaknya bisa mewakli para penuntut ilmu yang sudah menyuarakan protes mereka.


Bentuk Kritikan

Penampilan grup musik Voice of Baceprot (VOB) yang mengambarkan Sila Kedua, Kemanusian yang Adil dan Beradab pada penutupan Festival Prestasi Indonesia di JCC, Jakarta, Selasa (22/8). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

"Lagu kami direkam melalui proses yang sungguh luar biasa. Studio rekaman yang keren. Dan tentunya, bekerja sama dengan musisi yang beken. Om Stephen Santoso sudah membuat lagu kami ini menjadi lagu yang terdengar luar biasa. Jujur, takjub!” ungkap Firdda yang juga leader VoB.

Menurutnya, "School Revolution", adalah sebuah bentuk kritikan untuk menjadikan sistem pendidikan lebih baik dan positif.

"Bagi kami lagu ini merupakan ungkapan isi hati kami sebagai pelajar tentang pencarian jati diri kami di sekolah. Kami menilai bahwasanya, seorang yang sedang menuntut ilmu ingin memaksimalkan apa yang seharusnya menjadi hak kami sebagai pelajar dan memaksimalkan garis hidup kami melalui ilmu yang kami dapat di lembaga pendidikan,” jelas vokalis yang mengidolai Tom Morello (Rage Againts The Machine) itu.


Pandangan yang Positif

Voice of Baceprot dari Garut kian melejit (Liputan6.com / Jayadi Supriadin)

Bekerja sama dengan Amity Asia Agency, band yang namanya sudah masuk di sejumlah halaman media-media internasional seperti The Guardian, BBC, National Public Radio (NPR), The New York Times, Horrorfreaknews, TheMarySue, Metal-Hammer, serta The Straits Times, mereka siap berakselerasi secara maksimal di industri musik dalam dan luar negeri.

"Kami ingin memberikan pandangan yang positif kepada banyak penikmat musik, bahwa garis hidup setiap mahluk itu berbeda-beda. Ada yang ditakdirkan menjadi dokter, guru, bahkan seniman. Nah, kami ingin menjadi seniman yang bisa memberikan pengaruh yang positif bagi orang-orang yang sebelumnya berpikiran negatif. Kami ingin, musik bisa memberikan perubahan untuk menjadi lebih baik. Melalui musik kami ingin menjadi manusia seutuhnya, bukan dibeda-bedakan," tutupnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya