Liputan6.com, Makassar - Pascaledakan bom Surabaya di tiga gereja di ibu kota Provinsi Jawa Timur, Polrestabes Makassar langsung mengerahkan 2470 personelnya untuk menjaga ketat 153 gereja yang ada di penjuru ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, Minggu (13/5/2018).
"Kita kerahkan 2.470-an untuk melakukan pengamanan di 153 gereja yang ada di wilayah hukum kami," ucap Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Irwan Anwar, saat ditemui di halaman Gereja Katedral Makassar, Jalan Kajoalaliddo, Minggu (13/5/2018), sekitar pukul 11.30 Wita.
Irwan mengatakan bahwa polisi bersenjata lengkap itu diterjunkan untuk mengantisipasi terjadinya aksi teroris seperti yang terjadi di sejumlah gereja yang ada di Surabaya.
Baca Juga
Advertisement
"Untuk mengantisipasi terjadinya teror, semua anggota saat ini siap digerakkan sesuai dengan kompetensi masing masing," ujarnya.
Selain mengamankan gereja, lanjut Irwan, pihaknya juga mengamankan pusat kegiatan masyarakat lainnya, termasuk lokasi pelaksanaan Car Free Day (CFD) di Kota Makassar.
"Pada hari Minggu ada beberapa kegiatan masyarakat seperti Car Free Day di Jalan Sudirman dan (Jalan) Boulevard. Termasuk kegiatan di Panwaslu Kota Makassar pada gugatan salah satu cawalkot," jelasnya.
Irwan menambahkan bahwa penjagaan pusat aktivitas keagamaan itu akan terus dilakukan hingga kondisi sudah kembali stabil pascaledakan bom Surabaya.
"Kami sudah sampaikan ke remaja gereja begitu pun masyarakat pada umumnya agar menjaga keamanan Kota Makassar secara bersama-sama," ujarnya.
Saksikan video menarik pilihan berikut :
Polisi Pantau Mantan Napiter di Makassar
Adapun Kepala Biro Operasional Polda Sulsel, Kombes Pol Stephen Napiun, mengatakan bahwa pihaknya telah mengerahkan anggotanya untuk melakukan pemantauan terhadap mantan narapidana terorisme (napiter) yang telah bebas dari penjara.
"Itu tentu juga perhatian kita, yakni mantan napi terorisme yang sudah dipulangkan ke masyarakat," ucapnya.
Perwira menengah berpangkat tiga bunga itu berharap agar para mantan napiter yang sudah bebas itu benar-benar lepas dari paham radikalisme.
"Ya memang kalau kita bicara teori bahwa intoleransi dan radikalisme melahirkan terorisme. Kalau ada pemikiran dan paham radikal kita harapkan itu mereka sudah kembali ke jalan yang benar," ujar Stephen
Seharusnya, imbuh Stephen, para mantan napiter itu sudah sadar bahwa Indonesia sudah harus betul-betul kuat dengan kebersamaan dan menghargai perbedaan yang ada.
"Semoga Sulawesi Selatan tetap aman," dia memungkasi.
Advertisement