Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah tokoh lintas agama mengutuk serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Minggu 13 Mei pagi.
"Mengutuk keras terorisme atas dasar dan latar belakang apa pun. Tindakan-tindakan yang menggunakan kekerasan, terorisme, menebarkan rasa benci dan mengafirkan mereka yang di luar keyakinan bukanlah ajaran agama," kata Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) YM Maha Biksu Dutavira Sthavira di Kantor PBNU, Jl Kramat, Jakarta Pusat, Minggu.
Advertisement
Hadir di acara tersebut sejumlah tokoh lintas agama dari PBNU, Persatuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Parisada Hindu Dhaema Indonesia (PHDI), Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), Muslimat Nahdlatul Ulama, dan Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI).
Romo Agus Ulahayanan dari KWI mendesak pemerintah mengusut tuntas pelaku bom di Surabaya.
"Negara wajib hadir untuk menjamin keamanan hidup setiap warganya," kata Romo Agus.
Pendeta Penrad Siagian dari PGI juga menyampaikan rasa belasungkawa atas musibah yang dialami. Bagi Penrad, seluruh pihak harus menerima insiden ini dengan lapang dada.
"Segala yang terjadi merupakan suratan takdir dan kita harus menerimanya dengan penuh sikap kedewasaan, lapang dada, ketabahan dan kesabaran," kata Penrad.
Sementara itu, Yenny Wahid dari Muslimat Nahdlatul Ulama mengajak seluruh warga Indonesia agar bersatu dan menahan diri agar tidak terprovokasi aksi bom Surabaya. Ia juga mengimbau umat beragama untuk menghentikan segala spekulasi yang bisa memperkeruh peristiwa ini.
"Jika mendapati peristiwa sekecil apa pun yang menjurus radikalisme dan terorisme segera laporkan ke aparat keamanan," kata Yenny.
Saksikan video pilihan di bawah ini: