Kapolri: Ada Keterkaitan antara Teror di Jawa Timur dan Paris

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menduga, ISIS berada di balik teror yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 14 Mei 2018, 12:31 WIB
Aparat kepolisian mengambil posisi saat melakukan penjagaan menyusul serangan bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya, Senin (14/5). Seluruh akses menuju Mapolrestabes ditutup total dan tiap jalur dijaga polisi bersenjata laras panjang (AFP/JUNI KRISWANTO)

Liputan6.com, Surabaya - Luka rakyat Indonesia belum lagi kering akibat serangan bom di tiga gereja di Surabaya Jawa Timur yang menyudahi kehidupan 14 orang pada Minggu pagi.

Pada Minggu malam, giliran bom meledak di sebuah rusunawa di Wonocolo. Kemudian, teror melanda Mapolresta Surabaya pada Senin 14 Mei 2018 pagi.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menduga, ISIS berada di balik teror yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo. "Instruksi dari ISIS sentral. Karena terdesak (di Suriah dan Irak), memerintahkan sel-sel lain bergerak," kata dia di Polda Jatim, Senin (14/5/2018).

"Selain di Surabaya ada serangan juga di Paris, satu pelaku menggunakan pisau tertembak mati oleh polisi," ujar Kapolri. 

Diduga, tingkat lokal diduga merupakan pembalasan dari kelompok JAD (Jamaah Ansharut Tauhid). "Karena para pimpinannya ditangkap," tambah dia.

 

Saksikan video terkait teror di Mapolresta Surabaya di bawah ini: 


Teror Paris

Ilustrasi (iStock)

Satu orang dilaporkan tewas dan beberapa lainnya terluka parah setelah seorang penyerang menikam sejumlah pengguna jalan di pusat kota itu pada Sabtu 12 Mei 2018 waktu setempat.

"Seseorang yang bersenjatakan pisau melakukan serangan, tetapi sudah dikalahkan oleh petugas," kata polisi Paris dalam sebuah twit yang dikutip dari DW.com, Minggu (13/5/2018).

Pihak berwenang mengatakan bahwa seorang penyerang pria kemudian ditembak oleh polisi Paris.

Menteri Dalam Negeri Prancis Gerard Collomb mengecam serangan di Paris itu melalui Twitter. Dia juga memuji reaksi cepat dari pasukan polisi yang melumpuhkan penyerang.

Kementerian Dalam Negeri Prancis juga memperingatkan pengguna media sosial untuk tidak menyebarkan informasi yang belum diverifikasi mengenai serangan di pusat kota Paris itu.

"Hanya menyampaikan informasi dari sumber yang dapat dipercaya," tulis kementerian itu di Twitter.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya