Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperketat pengamanan objek vital nasional (obvitnas) yang menyangkut sektor energi. Hal ini mengantisipasi gangguan teroris, seperti ledakan bom Surabaya dan bom Sidoarjo sejak kemarin.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, instansinya telah mendapat instruksi dari aparat keamanan, untuk meningkatkan pengamanan pada objek vital sektor energi. Saat ini hal tersebut masih dikoordinasikan.
Baca Juga
Advertisement
Untuk diketahui, objek vital tersebut di antaranya, fasilitas pengolahan minyak (kilang), terminal Bahan Bakar Minyak (BBM), dan infrastruktur kelistrikan seperti pembangkit.
"Kan sudah ada instruksi pengamanan untuk siaga, nah ini sedang kita koordinasikan," kata Arcandra di kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Jakarta, Senin (14/5/2018).
Menurut Arcandra, peningkatan pengamanan objek vital tersebut menyangkut status keamanan siaga satu atas adanya gangguan teroris yang terjadi belakangan ini.
"Sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh dikatakan kita siaga satu," tutur Acandra.
Arcandra melanjutkan, selain objek vital sektor energi, untuk mengantisipasi gangguan teroris, Kementerian ESDM juga berinisiatif meningkatkan keamanan pada area perkantorannya.
"Yang sudah terlihat mungkin di beberapa Kementerian ESDM. Kita lakukan beberapa kegiatan inisiatif untuk menjaga fasilitas tempat kita bisa terjaga," tandasnya.
Geger Ledakan Bom Gereja Surabaya, Ini Reaksi Pengusaha
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menyatakan, peristiwa ledakan bom gereja Surabaya pada hari ini (13/5/2018) tak akan berpengaruh banyak terhadap kondisi perekonomian negara.
Dia mengatakan, hal-hal seperti aturan kebijakan dari pemerintah hingga kondisi ekonomi di dalam maupun luar negeri lebih punya peran dalam menentukan gejolak keuangan negara.
"Masalah ekonomi lebih ditentukan oleh faktor-faktor kebijakan dalam negeri oleh pemerintah, dan kondisi ekonomi di luar negeri," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, pada 13 Mei 2018.
Hariyadi melanjutkan, ledakan bom gereja Surabaya itu juga tidak memberikan pengaruh sama sekali ke iklim investasi.
"Tindak teroris ini bukan dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu investasi. Ini dianggap sebagai tindakan kriminal biasa, itu dari perspektifnya pelaku usaha," terangnya.
Sebelum bom gereja Surabaya, kata Hariyadi, ada kejadian bom Thamrin di Jakarta.
"Waktu pas bom Thamrin saja boleh dibilang enggak ada dampaknya. Dampaknya hanya pada saat hari itu saja. Karena kejadiannya pas hari kerja, yang hotel jadi terpaksa batal booking-annya. Aman kok," pungkas dia.
Advertisement